.

.
Home » » Sistem Politik Pemerintahan Jepang - Wahyudin Nor

Sistem Politik Pemerintahan Jepang - Wahyudin Nor

oleh : Wahyudin Nor - 1302045196



Jepang menganut sistem pemerintahan parlementer, oleh karena itu kekuasaan lembaga –lembaga negara tersebut tidak terpisah, melainkan terdapat hubungan timbal balik yang sangat erat. Hal ini berbeda dengan sistem pemerintahan presidensial murni, yang didalamnya terdapat pemisahan kekuasaan secara tegas. Berikut adalah Hubungan antara suprasturktur di Jepang :



Penjelasan :
a.   Kabinet dapat membubarkan Parlemen tetapi hanya  dari Majelis Rendah
b.   Parlemen mengangkat atau menunjuk salah satu  Perdana Menteri dengan syarat harus orang sipil dan harus dari anggota Parlemen /Diet
c.   Mahkamah Agung bertugas  untuk  mengawasi Kabinet dalam melaksanakan Konstitusi 1947
d.   Kabinet menunjuk Ketua Mahkamah Agung dan Hakim Agung
e.   Mahkamah Agung mengawasi jalannya atau pelaksanaan tugas-tugas Parlemen (misalnya dalam pembuatan Undang-Undang).
f.  Diet bisa memanggil Mahkamah Agung mempertanggungjawabkan perbuatannya, atau dapat menuduh Mahkamah Agung tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
Dari uraian di atas kita bisa lihat  lebih  jelas bahwa terdapat hubungan timbal balik (saling mengawasi ) antara lembaga-lembaga negara  Jepang

  1. Peran Tenno dan Rakyat dalam Jepang Kontemporer
Peran Tenno
Didalam Konstitusi 1947 Kedudukan kaisar Jepang adalah sebagai simbol negara dan pemersatu rakyat dalam menjalankan peran yang murni seremonial tanpa kedaulatan yang sesungguhnya. Jadi walaupun Kasiar adalah kepala negara namun fungsinya sebagai seremonial belaka. Sehingga Kaisar Jepang hanya bertindak sebagai kepala negara yang mengurusi segala urusan yang berhubungan dengan diplomatik. 
  1. Peran rakyat
            Peran rakyat di era konstitusi tahun 1889 hanya memilih anggota shugiin sedangkan anggtota kizoku in di angkat dari kekaisarn maupun bangsawan yang telah di angkat oelah kaisar sedangkan konstitusi menetapkan rakyat untuk memilih majelis rendah jepang (shugi in) maupun majelis tinggi jepang (shagi in) dari kedua majelis di pilih malalui system  pararel dan secara nasional  bisa melakukan pengulangan terhadap hakim mahkamah agung.
  1. Kepartaian jepang
Sejak di berlakukan konstitusi pada tahun 1947 ada tiga partai besar yang memenangkan pemilihan suara di pemilihan umum yaitu partai liberal(jiyuto)partai sosialis(shakaito)dan partai demokratis(minshuto)


  1. System pemilihan umum pada tahun 1955
Ada 2 prinsip pokok pemilihan yaitu system single member dan system mult member
Di tahun 1955 ada dua partai yang memiliki haluan  konsevatif yang sama sehingga kedua partai itu menjadi satu  partai dominatif dan pada tahun 1933 partai  demoktrat liberal jiyu mishuto,jimito atau liberal democratif party /singkatan LDP  sejak periode ini di kenal sebagai system (gojigoine taisi)pada tahun 1955 di era perang dunia dua yang awalnya jepang merupakan partai multi  partai  yang di kenal sebagai partai politik yang dominan saat itu.
             dari sistem partai politik tahun 1955. Pasca PD II sistem politik sangat bergantung dengan keinginan politik ketika itu melarang semua anggota parlemen petahanan sebelum PD II untuk kembali menduduki posisinya. Pemilu pertama pasca-Perang Dunia Kedua diikuti hingga 267 partai politik.
Di dalam sistem pemilihan umum tahun 1955, kebijakan elektoral yang digunakan ialah penggunaan metode single non-transferable vote
Sejak tahun 1955, LDP memiliki kemampuan sebagai partai yang hegemonik dalam tatanan pemerintahan Jepang selama 38 tahun, akhirnya dikalahkan melalui koalisi partai-partai lawan yang berhasil meraih kursi mayoritas pada tahun 1993, Meskipun LDP merupakan partai yang berkuasa sangat lama dan berpengaruh sangat kuat dalam setiap langkah politis, ekonomis, diplomatis dan bahkan kulturalis Jepang, ini semakin terungkap. Masyarakat Jepang yang sebelumnya bersifat konservatif dan mengedepankan status-quo, kini berubah dan mendukung adanya reformasi dan berakhirnya dominasi LDP. pada tahun 1993 LDP untuk pertama kalinya tidak mampu meraih kursi lebih dari empat puluh persen di kokkai. Dikalangan LDP sendiri terjadi perpecahan terbukti di kala pasca-pemilihan umum tahun 1993, menghasilkan tiga partai politik baru yang dibentuk oleh para anggota-anggota LDP terdahulu yaitu partai-partai .Shinshinto,Shinseito dan Shinto Sakigake.



  1. Reformasi Pemilihan Umum Jepang
  Pada tahun 1993 shugi-in kokkai meloloskan berbagai undang-undang untuk merealisasikan  sistem pemilihan umum. Sistem yang baru ini memiliki tiga tujuan utama yaitu, mengurangi biaya kampanye dan kemungkinan terjadinya korupsi, menggantikan sistem pemilihan yang individu-sentris menjadi partai-sentris, dan juga untuk menciptakan alternatif baru di dalam sistem parlementarian Jepang. Metode pemilihan umum dirubah menjadi lebih terpusat kepada posisi partai politik.
Reformasi di dalam metode pencalonan di dalam pemilihan umum memang terjadi, namun tidak sepenuhnya reformasi ini terjadi. Dengan berbagai macam kompromi politik dengan banyak kekuatan-kekuatan partai politik, akhirnya sistem yang dipilih ialah memperkecil wilayah kandidat meskipun tetap bersifat individual (Single-member District atau SMD) dan menambahkan satu jenis pencalonan lagi yaitu perwakilan proporsional yang ditujukan untuk terbentuknya kelompok oposisi yang baik. Sistem ini disebut mixed member sistem yang meletakan kekuatan pencalonan untuk dipecah menjadi dua bentuk.

Sistem ini berhasil mengurangi dominasi Liberal Democratic Party ( LDP) dan memperkuat posisi oposisi di Jepang.
    Ada pun Dampak reformasi sistem pemilihan umum ini mempengaruhi tingkatan anggota parlemen yang terpilih kembali. Meskipun dengan sistem 1955, tingkatan anggota parlemen yang terpilih kembali sudah tinggi dengan tingkatan 82%, setelah reformasi dilaksanakan tingkatan ini justru lebih meningkat. Dengan implikasi ini, pemerintahan koalisi pun semakin sering terjadi pasca-reformasi sistem pemilu 1993 bila dibandingkan sebelum 1993.

  1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas kita bisa melihat bahwa adanya hubungan timbal balik  dari lembaga –lembaga negara jepang . dari peran tenno pasca perang dunia dua hanya sebagai symbol  dan peran rakyat lebih  banyak memberikan input system apalagi adanya perubahan system pemilihan shugi in dan shagi in dimana rakyat memilih secara langsung.  Dalam pemilihan umum. Dimana perkembangan  system politik dalam hal kepartaia dalam pemilu yang awal sangat di pengaruhi oleh amerika sarikat namun perkembangan liberal democratif party memberikan kekecewaan terhadap masyarakat jepang sehingga memicu reformasi pemilihan umum di jepang.

0 komentar:

Post a Comment