.

.
Home » » Analisis Elit : M. Rizal Anindhya

Analisis Elit : M. Rizal Anindhya

ELIT POLITIK SINGAPURA
M. Rizal Anindhya - 1302045213

Lee Kuan Yew adalah Perdana Menteri dari tahun 1959 – 1990. Ia tetap menjadi tokoh politik yang berpengaruh di Singapura sejak pengunduran dirinya sebagai perdana menteri. Semasa pemerintahan Goh Chok Tong, Lee menjabat sebagai Menteri Senior. Ia meninggal pada 23 Maret2015 di Singapore General Hospital, Singapura karena radang paru-paru. Pada 1954, Lee bersama sekelompok rekan kelas menengah yang berpendidikan di Inggris membentuk Partai Aksi Rakyat (PAP) untuk mendorong berdirinya pemerintahan Singapura yang berdaulat sehingga kolonialisme Britania Raya dapat berakhir. Lima tahun kemudian, pada 1959, Lee terpilih sebagai Perdana Menteri pertama Singapura, menggantikan mantan Kepala Menteri Singapura, David Saul Marshall. Lee kembali terpilih menjadi PM untuk ketujuh kalinya berturut-turut dalam kondisi Singapura yang bercondong kepada demokrasi terbatas (1963, 1968, 1972, 1976, 1980, 1984 dan 1988), hingga pengunduran dirinya pada November 1990 kemudian menjabat sebagai Menteri Senior pada kabinet Goh Chok Tong. Pada Agustus 2004, tatkala Goh mundur dan digantikan oleh anak Lee, Lee Hsien Loong, Goh menjabat sebagai Menteri Senior, dan Lee Kuan Yew menjabat posisi baru, yakni Menteri Mentor. Meskipun telah mengundurkan diri, Lee tetap menjadi tokoh politik yang berpengaruh di Singapura. Semasa pemerintahan mantan perdana menteri Goh Chok Tong, Lee menjabat sebagai Menteri Senior. Selama masa kepemimpinan Lee, Singapura berkembang dari negara golongan Dunia Ketiga menjadi salah satu negara maju di dunia, meskipun hanya mempunyai sedikit penduduk dan sumber daya alam.
Dari berbagai pemberitaan, Lee kerap berkata bahwa satu-satunya sumber daya alam Singapura adalah rakyatnya dan ketekadan dalam bekerja. Namun, pemerintahan Lee bukan tanpa kontroversi. Lee dianggap sebagai seorang otoriter yang condong kepada kaum elit.  Lee melaksanakan beberapa peraturan keras guna menekan kaum oposisi dan kebebasan berpendapat, misalnya penuntutan perkara pemfitnahan hingga membangkrutkan musuh-musuh politiknya.  Lee juga pernah memenjarakan Chia Thye Poh, mantan anggota Parlemen partai oposisi Barisan Sosialis, selama 22 tahun, dengan berdasar pada UU Keamanan Dalam Negeri.  Untuk memberikan wewenang penuh kepada para hakim dalam keputusan mereka, Lee menghapuskan sistem juri dalam pengadilan Singapura. Lee sendiri pernah dikutip mengatakan bahwa ia lebih suka ditakuti daripada disayangi rakyatnya. Lee kemudian menjadi perdana menteri untuk tiga dasawarsa atau tujuh masa jabatan berturut-turut hingga tahun 1990, ketika akhirnya dia mengundurkan diri dan digantikan dengan Goh Chok Tong.  Namun, Lee tetap menjabat dalam pemerintahan Singapura dengan menjadi menteri senior dalam kabinet yang dibentuk Goh.  Ketika Goh mengundurkan diri pada Agustus 2004, anak Lee, Lee Hsien Loong menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura hingga saat ini. Lee Kuan Yew menjabat posisi yang baru dibentuk, yakni Menteri Penasihat dalam pemerintahan Singapura.
Lee kemudian mengundurkan diri dari kehidupan publik pada 2011 setelah mundur dari jabatan kabinet, dan setelah Partai Aksi Rakyat yang berkuasa mencatat perolehan suara terburuk dalam pemilu sejak Singapura Merdeka.
Selama menjabat, Lee menerima berbagai tanda penghargaan, termasuk "Order of the Companions of Honour" pada 1970, "Knight Grand Cross of the Order of St Michael and St George" pada 1972, "Freedom of the City" di London pada 1982, "Order of the Crown of Johore First Class" pada 1984 dan "Order of the Rising Sun" pada 1967.  Lee juga sempat menulis dua buku memoar. Buku Lee berjudul "The Singapore Story" berisikan pandangannya mengenai sejarah Singapura hingga negara itu keluar dari Federasi Malaysia pada 1965. Buku lainnya, "From Third World to First: The Singapore Story" Lee menuangkan pandangannya mengenai perubahan Singapura menjadi negara maju.


Diatas adalah sebab mengapa Lee Kuan Yew menjadi elite di singapura.

0 komentar:

Post a Comment