Elit Politik di Pakistan - Benazir Bhutto
Ade Nurul Rezky - 1302045237
Benazir
Bhutto adalah elit politik di pakistan yang menjabat sebagai Perdana
Mentri pada tahun 1988-1990, kemudian Benazir terpilih kembali pada
tahun 1993-1996. Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang dipimpin Bhutto
adalah partai yang cukup berpengaruh di Pakistan. Pengikutnya, yang
sebagian besar kaum muda dan kaum anti tuan tanah feodal, masih begitu
banyak. PPP cukup dicintai rakyat pakistan terutama mereka dari kaum
tani,buruh, dan mahasiswa. terlepas dari personal Benazhir yang didera
berbagai kasus korupsi. Dalam pemilu Januari 2008 program-program PPP
dianggap cukup radikal, yakni; land reform, nasionalisasi perusahaan
asing, pendidikan dan kesehatan untuk rakyat, dan persamaan gender.
Tahun 1988, PPP memenangi pemilu terbuka pertama di Pakistan. Kemenangan
PPP membawa Bhutto sebagai perdana menteri perempuan pertama Pakistan.
Ketika terpilih, usianya baru 35 tahun sehingga dia tercatat sebagai
politisi paling muda yang memimpin Pakistan.Hanya dua tahun menduduki
kursi PM, Bhutto disingkirkan pada tahun 1990 dengan tuduhan korupsi.
Namun, dia tidak pernah diadili. Setelah Bhutto tersingkir, kekuasaan PM
jatuh ke tangan Nawaz Sharif, "anak didik" Zia ul-Haq.
Bhutto
kembali merebut kekuasaan tahun 1993 setelah Sharif dipaksa
mengundurkan diri. Seperti sebelumnya, Bhutto tidak berhasil
mempertahankan kekuasaannya. Tahun 1996, Presiden Farooq Leghari
membubarkan pemerintahan Bhutto menyusul beberapa skandal korupsi.
Jabatan PM kemudian kembali ke tangan Sharif. Tahun 1999, Bhutto kembali
tersandung skandal korupsi. Kali ini dia dan suaminya, Asif Ali
Zardari, dihukum lima tahun penjara dan didenda 8,6 juta dollar AS
karena dituduh menerima imbalan dari sebuah perusahaan Swiss yang
dibayar untuk memerangi penggelapan pajak.
Meski
didera berbagai kasus korupsi dan serangan politik, sepak terjang
politik Bhutto terus berlanjut. Partainya pun tetap mendapatkan dukungan
ketika mengikuti pemilu tahun 2002. PPP berhasil mendapatkan suara
terbanyak, yakni 28,42 persen dan 80 kursi di majelis nasional. Partai
Sharif hanya memperoleh 18 kursi.Sebagian kandidat PPP yang terpilih
kemudian membentuk faksi sendiri dan bergabung dalam pemerintahan yang
dipimpin partai Jenderal Pervez Musharraf.
Untuk
merintangi jalan Bhutto ke kursi kekuasaan untuk ketiga kalinya,
Musharraf mengamandemen konstitusi yang melarang seorang perdana menteri
menjabat lebih dari dua kali. Dengan demikian, tertutup sudah
kesempatan bagi Bhutto untuk berkuasa lagi.Lagi-lagi Bhutto tidak
menyerah, ketika popularitas Musharraf mulai redup tahun 2006, Bhutto
melancarkan serangan balik. Dia bergabung dengan Aliansi untuk Pemulihan
Demokrasi bersama rival lamanya, Nawaz Sharif. Melalui aliansi ini,
kelompok oposisi bertekad menggulingkan Musharraf dari kursi kekuasaan.
Saat
kembali ke Pakistan pada Oktober 2007, tak lama setelah turun dari
pesawat kedatangannnya disambut dengan serangan bom bunuh diri saat
menuju Karachi,. Akibatnya, 139 pendukung dan pengawalnya meninggal,
namun lagi-lagi Bhuto selamat. Hebatnya kejadian tersebut tidak membuat
Bhutto gentar, Bhutto justru menyatakan untuk kembali ikut dalam
pemilihan presiden bulan Januari 2008.
Sampai
akhir hayatnya pertentangan Bhutto dengan dinas intelijen Pakistan
memang tidak pernah surut, dan fakta memang menunjukkan intelijen
Pakistan selalu berupaya menjatuhkan Bhutto, terutama dalam mengangkat
kasus korupsi dimasa lalu yang melibatkan Bhutto dan suaminya. Biro
intelijen Pakistan memang dikenal menentang keras agenda-agenda Bhutto
yang dianggap liberal, sekuler dan dekat dengan Amerika Serikat.
Sementara kedekatan dan dukungan terhadap AS dianggap sebagai posisi
yang tidak populer di Pakistan.
Disisi
lain pertentangan Bhutto dengan kelompok-kelompok militan di Pakistan
yang tidak menginginkan adanya pemimpin perempuan di Pakistan. Beberapa
kelompok militan, seperti Taliban dan Al Qaeda yang juga menuding Bhutto
sebagai kaki tangan Amerika Serikat, negara yang paling dibenci oleh
kelompok-kelompok tersebut. Kelompok ini juga secara terang-terangan
mengancam akan melakukan pembunuhan terhadap Bhutto.
Di
penghujung tahun 2007, dunia internasional dikejutkan oleh berita
tewasnya pemimpin oposisi dari Partai Rakyat Pakistan (PPP) Benazir
Bhutto yang ditembak dalam sebuah kampanye menjelang pemilihan parlemen
Januari mendatang. Pada saat ia akan menumpang mobil meninggalkan ruang
rapat setelah menyampaikan pidato, seorang laki-laki bersenjata
tiba-tiba melepaskan tembakan dan mengenai bagian leher dan dadanya.
Penyerang kemudian meledakkan bom pada dirinya. Benazir Bhutto segera
dilarikan ke rumah sakit, tapi tidak berhasil diselamatkan dan meninggal
pada pukul 18:16 waktu setempat.Atas peristiwa yang dialami
Bhutto seluruh negeri baik dari dalam maupun luar berkabung selama tiga
hari untuk Benazir Bhutto, hal ini merupakan bukti bagaimana begitu
banyak yang mencintai Bhutto. Pembunuhan bermotif politik ini tentunnya
menjadi preseden buruk bagi tradisi demokrasi yang beradab.
Kehidupan
politik Pakistan, negara dengan penduduk lebih dari 150 juta orang
memang dikenal cukup keras dan tidak pernah lepas dari krisis politik
dan kudeta hidup Bhutto yang penuh dengan pertarungan dan tantangan
sejak kecil itu akhirnya harus berakhir. Perempuan perkasa itu kini
telah pergi sebagai tumbal politik dalam perjalanan demokrasi di
negerinya, Pakistan.
0 komentar:
Post a Comment