BAB4
Buku Teori Perbandingan Politik oleh Ronald H. Chilcote
Oleh :
M. Ranaldy Yamin
Rohmatun Sinta Rahayu
Novegian Sunaryo
Ade Nurul Rezky
Nia Annisa
Pajriansyah
Marx dan Weber sebagai Pelopor
Karl Marx dan Max webber merupakan dua dari para pemikir yang berpengaruh besar.Keduanya memiliki perbedaan.Webber dalam tulisan-tulisannya berasimilasi dengan ilmu-ilmu sosial kontemporer.Sedangkan karya Marx berldandaskan akumulasi wawasan tulisan-tulisan dan penelitian empirisnya yang terdahulu.
Namun perbedaan spesisfik dari keudanya terdapat pada asumsi-asumsi teroritis dan arah penelitian mereka.Marx,khususnya dalam karayanya yag terakhir secara sadar mengarahkan pekerjaannya pada penjeasan panjang lebar mengenai sejarah manusia dan transformasi sosial.Weber sebaliknya , secara sadar mengerjakan suatu kritik dan penolakan terhadap marisme.
Dalam bab ini akan diabahas sejarah kehidupan mereka,pengaruh mereka terhadap politik kontemporer dan pemikiran maupun gagasan-gagasan mereka dalam hubungannya dengan terori-teori system,budaya ,perkembangan,kelas yang akan diamati.
Karl Marx
Landasan filosofis pemikiran Karl Marx berakar pada system filofis Georg Hegel.Hegel merupakan penyususun system filosofis yang seutuhnya menjelaskan sumber gejolak sosial yang hadir dalam perkembangan manusia dan mengungkapkan masa depan peradanban dengan menggunakan dialektika, yang asal-usulnya dapat ditelusuri hingga zaman yunani kuno.
Dialektika terdiri dari tiga elemen : Tesis,antithesis, dan sintesis. Tesis merupakan gagasan yang dominan dalam suatu sejarah, kemudian lewat perluasannya menimbulkan kontradiksi yaitu antithesis.Benturan antara Tesis dan Anti tesis ini memunculkan Sintesis.Sintesis sendiri bukanlah kombinasi antara Tesis dan Antitesis.Melainkan suatu pemikiran yang benar benar baru. Kemudian Sintesis tersebut akan menjadi tesis di masa mendatang , menimbulkan antithesis dan seterusnya,Bagi Hegel dialektika merupakan sebuah pergerakan internal menuju kesempurnaan pikiran dan semangat,yang titik punccaknya ia anggap adalah negara modern.Sistemnya dngan demikian dilandaskan pada aristokrasi prusia sebagai pencapaian tertinggi semangat dan pikiran jerman.Pemikiran-pemikiran Hegel inilah yang dipelajara oleh Marx.Dalam periode ini Madi seorang ateis dan berkesimpulan bahwa system Hegelian sendiri akan lebih baik tanpa melibatkan gagasan tentang Tuhan ( Geraudy 1967-89-91 ).
Berikut periode-periode Karl Marx beserta karya-karya dan pengalaman-pengalamannya
Karya-karya awal : 1840-1845 ( Economic and Philosophical Manuscripts of 1844 )
Saat berkuliah di Berlin ,Marx bergabung dengan kelompok young Hegelian sayap kiri (Cornu 1975 :55-72 ).Tokoh dalam kelompok ini adalh Arnold Ruge,Bruno Baure, dan Ludwig Feurbach.Young Hegelian beranggapan bahwa dialektika sejarah perlu dibantu untuk menghasilkan suatu kemajuan lain dalam peradaban jerman.Peran mereka adalah mendampingi pemunculan sebuah antithesis,yang akan berbentuk satu kontradiksi langsung dari keberadaan masyarakat jerman.Mereka menyebarkan paham ini melalui kritik jurnalistik dan pembangkangan politik.
Di tahun 1841 Marx menerima gelar doctor filosfinya,namun University of Berlin menolak untuk menerima dirinya maupun Bauer.Hal ini merupakan konsekuensi atas pemikiran radikal mereka.Marx akhirnya focus pada dunia jurnalistik saja dan memutuskan untuk migrasi ke Paris, dan menduduki posisi sebagai koeditor sebuah jurnal politik,jahrbucher.Hal itu dikarenakan pandangan young Hegelian digemari di duni jurnalistik.
Selama di Paris Marx mulai akrab dengan Sosialisme Perancis dan Ekonomi Politik Inggris.Selama tinggal di paris ,Marx menulis Economic dan Phlisohical Manuscripts of 1844 ( Fromm 1961 ).Dalam karya tersebut,Marx mengembangkan tesisnya mengenai pengucilan dalam masyarakat kapitalis.Hingga di tahun 1845 pemerintah Prusia menekan pihak berwenang Perancis untuk menutup kegiatan jurnalistik Marx,.Marx terpaksa pindah ke Inggris.
Karya-karya Pemutusan : 1845 dan 1846( The German Ideology )
Dalam buku ini Marx memutuskan keterikatannya dengan filosofi ideologis dan menyusun sebuah Filosofi baru ( Materialisme Dialektika )
Pada titik ini Marx mulai membedakan gagasannya dengan gagasan yang berlaku saat itu, seperti Feurbach yang berpendapat bahwa dunia material tersusun dari pbyek-obyek statis yang pada gilirannya bertindak sebagai subyek-subyek kontemplasi manusia. Yang intinya Feurbach masih berada dalam metafisis dan mistisme hegel.Berbeda dengan Marx yang mengatakan bahwa manusia secara langsung berinteraksi dengan kemungkinan-kemungkinan kenyataan material tersebut.Yang intinya manusia-lah yang berada dan mentukan .
Marx juga membedakan pemikiran dengan para Young Hegelian lainnya dengan menerbitkan The Holy Family ( bergabung dengan Engels ).Disini Marx berusaha menyadarkan Bauer bahwa hanya gagasan sejarah yang pararel dengan kepentingan kelas-kelas dalam menuju kekuasaanlah yang berhasil mendorong perubahan dialektika.
Selain para Young Hegelian ,Marx juga menyerang utopianisme dalam bentuk-bentuk sosialisme yang berlaku ketika itu.Salah satunya pemimpin sosials dan anarkis perancis Pierre Joseph Proudhon,Pengarang Philosophy of Poverty.Menurut Marx Proudhon salah dengan berfikiran bahwa Sintesis merupakan cerminan dari elemen tesis dan antithesis.Dan pemikiran Proudhon tentang cara kemakmuran berakumulasi di tangan kelompok borjuis.Marx berhasil mematahkannya secara sistematis dan membuntukan bahwa pemikiran Proudhon bersifat utopia.
Karya-Karya Transisional: 1846-1857 ( Communist Manifesto, Eighteenth Brumaire, The Poverty of Philosophy )
Antara tahun 1846 dan 1849 Marx mulai aktif di organisasi.Mereorganisasi League of Comunist,menghasilkan Communist Manifesto bagi liga tersebut, dan mengedit sebuah jurnal prorevolusioner di Prusia selama revolusi tahun 1849.Namun kegagalan Revolusi Perancis membuat Marx menarik diri ke London dimana ia menghabiska sisa hidupnya.
Dorongan karya Marx selama periode London mencerminkan suatu analisis yang lebih mattang dan perhatian untuk menghasilkan satu sintesis baru.Salah satunya The Eighteen Brumaire of Louis Bonaparte.
Karya-Karya matang : 1857-1883 (Capital dan juga Grundrisse )
Beberapa pihak mengatakan bahwa rancangan awal naskah Capital sudah ada sejak perluasan gagasan Marxisme tahun 1844 tentang “Pengucilan”.Erich Fromm juga menegaskan adanya keberlanjutan pemikitan antara Marx muda dan dewasa.Namun dalam Capital ,pengucilan tidak dibahas secara langsung .Semuanya di perjelas dalam “Grundrisse”.Dalam Grundrisse Marx menekankan teorinya dan menunjukan aspek-aspek kemanusiaan untuk memproyeksikan wawasan utopia dari individu maupun masyarakat.Disini Marx juga memperjelas bahwa dirinya berusaha menemukan hukum-hukum ekonomi,menghadirkam aspek-aspek kemanusiaan dan satu wawasan masyarakat yang jauh melebihi kapitalisme.
Dalil awal sejarah adalah untuk bertahan hidup.Ini melibatkan faktor produksi seperti peralatan tanah dan permesinan.Lewat perkembangbiakan kehidupan ,keluarga mengembangkan hubungan sosialnya.Hubungan sosial menyebabkan kerjasama.Selanjutnya mode kerja sama disetai dengan mode produksi tertentu.Mode produksi mengharuskan untuk berkontradiksi dengan kekuatan-kekuatan produksi ,mengakibatkan adanya pembagian tenaga kerja.Pembagian tenaga kerja mendorong ketidak merataan distrinusi pekerja dan produk yang dibuatnya dalam bentuk kemiskinan, sehingga isrti dan anak-anak mungkin menjadi budak-budak dari suami dalam keluarga, atau keluarga menjadi budak dari beberapa entitas asing yang berbentuk negara.Pembagian inilah yang membentuk kelas sosial penguasa dan massa.
Dibawah kapitalisme ,satu kelas hidup lewat kepemilikan, sementara yang satu lewat pekerjaan.Para pemilik mempertahankan properti mereka sedangkan pekerja mempertahankan kemanusiaan.Konflik tersebut pada gilirannya menghancurkan hubungan asing antar orang-orang dengan apa yang mereka produksi ini menghasilkan pertukaran dan produksi di bawah kontrak mereka sendiri
Konsep-konsep diatas merupakan esensial dalam memahami upaya Marxis dan para ahli lain untuk menyusun suatu paradigma radikal dalam perbandingan politik.Yang kemudian akan dilanjutkan dalam bab-bab berikutnya.
MAX WEBER
Pada tahun 1864 Marx menyelesaikan volume pertama dari capital dan berpartisipasi dalam mendirikan First Internasional. Di tahun yang sama Max Weber tumbuh di bawah pengruh lingkaran intelektual sempit yang menjadi ruang gerak ayahnya.
Weber memasuki University of Heidelberg di tahun 1882, memilih untuk memelajari ekonomi, filosofi, dan hukum Romawi. Tahun1885 Weber pindah ke University of Gottingen di mana, di tahun 1889, ia menyelesaikan disertasi doktornya tentang perusahaan-perusahhan dagang abad pertengahan.
Dari tahun 1889 hingga 1891 Weber memegang jabatan di bidang hukumyang rendah di Berlin sambil menyusun sebuah tesis agar memenuhi kualifikasi untuk mengajar di universitas. Selanjutnya ia di terima di sekolah hukum University of Berlin di tahun 1892, di mana ia mengajar hingga menerima gelar profesor penuh dalam bidang ekonomi dari Univeresity of Freiburg im Breisgau di tahun 1894. Selama tahun-tahun awal tersebut ia mnegejar satu karir terpisah seiring dengan jabatan universitasnya, dengan bekerja sebagai kosultan pada beberapa organisasi publik dan swasta. Berkaitan dengan tugas-tugas ini, ia menguji beragam subjek, termasuk pasar saham Jerman dan pertanyaan tentang masalah pertahanan di Prusia Timur. Hasil studi-studi ini, seiring dengan pengajarannya di universitas, megungkapkan fas formatif dari pemikiranya, dan awalan dari subjek dan tekni yang menjadi ciri karyanya selanjutnya.
Topik-topik yang berulang kali muncul dalam karya-karya Weber dapat ditelusiri hingga keanggotaanya pada Social-Political Union, dimana ia terlibat dari tahun 1888 hingga saat meninggalnya. Uni tersebut adalah sebuah kelompok belajar yang didirikan tahun 1872, dan saat pendiriannya, serta selanjutnya ketika di bawah kepemimpinan Gustav Schmoller, ia menolak sistem-sistem pengetahuan abstrak dan generalistik yang banyak dianut ketika itu dan lebih memilih penanganan langsung masalah masalah sosial yang menekan. Tokoh dominan di era tersebut, meski demikian, bukanlah Hohenollern, melainkan kanselir pertamanya, Otto von Bismarck. Bagi Weber memandang paradoks ini sebagai satu perumpamaan modern, di mana pesan moralnya adalah tindakan-tindakan manusia yang paling disengaja dan bermaksud pun dapat menghasilkan konsukensi-konsekuensi yang tidak diharapkan.
Pendekatan teoritis yang dirancang Weber untuk mengakomodasi subyek-subyek tersebut mungkin berada dalam pengertian historis, namun ia tidak mengaitkan pemikirannya dengan historisisme dari banyak pemikiran abad kesembilan belas. Di tahun 1897 Weber mengalami kelelahan mental, dan pada akhirnya ia memandang perlu untuk menghentikan tugas-tugas universitasnya. Antara tahun 1899 dan 1904 ia menjelajahi banyak wilayah Eropa. Tahun 1903 ia cukup pulih untuk bergabung dengan Werner Somart dan Edgar Jeffe sebagai koeditor Archiv Fur Sozialwissenschaft und Sozialpolitic. Ini menjadi fasilitas bagi afiliasi ualngnya dengan komunitas akademik dan permulaan dari periode produktivitas baru. Setelah itulah ia menerima tawaran posisi baru di universitas, namun pada akhirnya ia terpaksa harus menolaknya karena alasan kesehatan.
Di tahun 1904, setelah kunjungan singkatnya ke Amerika Serikat, Weber mulai menulis karyanya yang paling terkenal, The Protestant Etnic and The Spirit of Capitalism. Dalam studinya ini Weber mencoba menunjukan bahwa prinsip-prnsip protestanisme menyangkut gagsan takdir suatu ketika dengan sendirinya berubah menjadi penderitaan kaum borjuis (Weber 1958: 148-157). Ia bermaksud membuktikan bahwa reformasi abad ke-16 memang diperlukan (diiringi dengan pertimbangan-pertimbangan sosial dan ekonomi lainnya) bagi perkembangan kapitalisme modern selanjutnya.
Dalam periode yang sama, Weber menerbitkan sebuah esai tentang metodologi di mana ia membertikan garis besar penggunaan “tipe-tipe ideal.” Tipe ideal adalah sebah paham buatan yang dapat dipergunakan ilmuwan sosial mengkonseptualisasi kategori-kategori analitis dengan kegunaannya bagi pemahaman sejarah (Weber 1962: 32-33). Tipe-tipe ideal yang paling terkenal Weber adalah yang menyangkut kewenangnan: Kewenangan Tradisional, Kewenangan Karismatik, dan Kewenagan Legal-Rasional.
Di tahun berikutnya, Weber mengerjakan studi komperatif tentang agama-agama besar dunia dalam upaya memperkokoh pendapatnya dalam protestant ethici bahwa agama adalah krusial dalam penjelasan seseorang mengenai jalur-jalur alternatif yang dilalui oleh peradaban-peradaban besar dalam perkembangannya. Dalam studinya ini, Weber teryakinkan bahwa perpisahan antara gereja dan negara yang berkembang secra bertahap dalam peradaban Eropa merupakan pusat penjelasan rasionalisme modern.
Weber prihatin bahwa rasionalisme perilaku yang membuat masyarakat Eropa menjadi besar juga akan mengakibatkan kerutunhannya. Kewenangan rasional sebgaian besar bekerja memalui institusi birokrasi, dan itu melibatkan rasionalisasi cara-cara dalam mengejar tujuan-tujuan yang terdefenisikan secara budaya. Apa yang Weber takutkan, meski demikian, adalah bahwa rasionalisme modern pada akhirnya akan menghasilkan rasionalisasi cara-cara dan tujun-tujuan akhir. Ini menyiratkan terdapatnya tujuan-tujuan secara rasional dijunjung karena lebih disukai ketimbang yang lain. Dalam analisis final, suatu rasionalisasi kehidupan yang berlebihan merupakan akhir dari kebebasan demokrasi,terlepas dari pendirian Weber bahwa birokrasi saat pertama kali hadir akan meningkatkan peluang demokrasi. Sebagai solusinya Weber menyerukan perlunya para pemimpin politik karismatik yang dapat mengimbangi kekuatan rasionalisasi birokrasidan memipin masyarakat mempertahankan tujuan-tujuan budayayang dipilih secera bebas.
Meskipun dalam teori Weber memahami bahwa politik merupakan seni kompromi dan akomodasi, sebagian besar kegagalan dalam menapaki karir politik tumbuh dari ketidak fleksibelan dirinya dalam berhubungan dengan orang-orang lain. Pada akhirnya, ia lebih menyukai integritas prinsip-prinsipnya ketimbang praktek dagang sapi dalam politik.
Di tahun 1918 Weber kebali duduk di kursi akademika bidang sosiologi yang secara khusus didirikan untuknya di University of Vienna.Tahun 1919 ia di angkat menjadi profesor sosiologi di Munich dan memulai studi penulisan sosiologi komparatif yang menjadi inti disiplin yang baru ini dan titik awal perluasan bidang ini selanjutnya. Weber meninggal di tahun 1920 dengan hanya sebagian karyanya yang terselesaikan
Karya-karya Awal: 1889-1897
Selama periode ini Weber menulis satu disertasi doktoral. “A Contribution to the History of Medieval Business Organization,” sebuah karya teknis yang mengkaji sebuah aspek-aspek hukum perusahaan dagang abad pertengahan. Karya keduanya (1889), “Roman Agrarian History and Its Significance for Public and Private Law,” menyajikan suatu analisis rinci pemilik lahan zaman Romawi. Dari tahun 1894 hingga 1897 ia menrbitkan artikel-artikel tentang operasi pasar saham dan hubungannya dengan pendanaan modal; ia berpendapat bahwa pasar saham tidak semata-mata beroperasi demi spekulasi namun juga memberikan fasilitas bagi perencanaan para pelaku bisnis. Tulisan-tulisan awal ini mencermikan dorongan karya Weber selanjutnya, khususnya perhatian terhadap analisis kapitalis Eropa.
Karya-karya Tentang Agama dan Sekularitas: 1903-1920
Dua artikel panjang yang di publikasikannya di tahun 1904 dan 1905 adalah Protestant Etnic and Spirit of Capitalism. Dalam pengujian hubungan antara keyakinan Protestan dengan disiplin-disiplin kapitalisme modern ini, Weber bersebranan dengan pemikiran Engels bahhwa Protestanisme adalah sebuah refleksi ideologi dari perubahan-perubahan yang mengiringin perkembangan awal kapitalisme. Dalam karya-karya berikutnya Weber juga mempelajari studi komparatif tentang agama di bagian-bagian dunia lainnya, termasuk Cina, India, dan Palestina kuno. Perhatiannya terhadap keyakinan-keyakinan religius membuatnya berfokus pada derajat rasionalisme dalam beragam kegiatan ekonomi.
Karya-karya tentang Sosiologi dan Metodologi Politik
Weber mendapatkan pandangan sejarahnya lewat jalan yang diberikan Heinrich Rickert dan Teodor Mommsen, yang mempengaruhinya baik secara pribadi maupun akademik, dengan sebagian hasil dari lingkupintelektual masa kanak-kanaknya. Dari sang sejarahwan, Rickert, ia menerima dalil bahwa dunia “masuk akal” yang menjadi bahan perdebatan ilmu sosial adalah tak terbatas, dan dengan demikian tidak ada pengetahuan mengenainya yang dapat dilengkapi. Berbeda dengan ilmu-ilmu alam, selanjutnya, ilmu sosial tidak dapa secara sistematis meneruskan penemuan aksioma-aksioma universal.
Karena dunia masuk akal adalah tak terbatas, sejarahwan harus memilih sejumlah topik penelitian dengan pemahaman bahwa subyek-subyek tersebut akan memberikan wawasan tidak hanya dalam sepenggal kenyataan. Cara-cara yang disamarkan Rickert adalah bahwa sejarawan dalam memilih subyek-subyek tertentu akan berbasis “kepentingan.” Weber juga menerima cara-cara ini, dan berpendapat bahwa pemilihan topik berbasis kepentingan adalah sama kuatnya dengan kriteria lain apapun. Penolakan Weber terhadap posisi Richkert dalah menyangkut asumsi bahwa terdapat suatu elemen keberanian universal yang mengalir lewat kergaman sistem-sistem nilai yang teramati dalam sejarah. Lewat abstraksi nilai-nilai zaman sekarang, selanjutnya, sejarahwan dapat berpijak pada landasan kebenaran tersebut dari sana dapat menerangkan seluruh sejarah dalam lingkup perbandingannya dengan masa sekarang.
Berdasarkan gagasanWeber tentang relativitas nilai dalam sejarah, ia menyepakati pendekatan Mommsen dan menggunakan sebagai titik tolak pengamatan sejarah sendiri. Dengan menarik konseptualisasi yang menjadi landasan di zamannya, Weber membangun sebuah matriks kategori-kategori analitis yang memungkinkan dilakukannya anlisi komparatif sejarah (Freund 1968: 15-17). Pendekatan ini ditunjukan untuk memahami sejarah melalui proses perbandingan masa lalu dan sekarang. Asumsinya adalah sejarah takkan pernah berhasil menangkap persepsi kerangka kerja peradaban yang dipelajarinya karena ia hanya memiliki pengetahuan yang tidak langsung mengenainya.
Bersamaan dengan spesialisasi pendidikannya, Weber mulai memperhalus perspektif historis komperatifnya dengan mengkonsentrasikannya pada fenomena politik dan ekonomi. Lewat pemilihan ini, ia menjadi sangat tertarik dengan perilaku kapitalis, sistem-sistem rasional kewenangnan sosial, dan manipulasi kekuasaan lewat institusi birokrasi. Bagi Weber sejarahh berharga karena sifat-sifat heuristiknya: sejarah mengungkapkan prinsip-prinsip sebab dan akibat subyek-subyek tertentu yang dipelajari, namun sejarah tidak mampu menghasilkan hukum sebab-musabab.
Weber percaya bahwa dari sejarahh orang tidak dapat menarik kesimpulanapa yang tidak terjadi dan bahwa sejarah tidak mengandung hukum-hukum universal, lebih sedikit hukum-hukum berfaktor tunggal seperti misalnya penjelasan perkembangan dari sisi ekonomi (Aron 1964: 70-79). Apa yang dimungkinkan dalam studi sejarah adalah indentifikasi berbagai kemungkinan. Dari titik acuan ini, peneliti mencari variabel-variabel yang menghalangi satu arahan atau yang lain; variabel-variabel yang meningkatkan peluang bahwa sejarah akan berkembang dalam arahhan tertentu. Metodologi historis Weber mencari kondisi-kondisi “yang diperlukan” oleh satu jalur perkembangan sejarah tertentu, dan meninggalkan gagasan bahwa kondisi-kondisi “yang memadai” dapat dipastikan secara cermat. Dengan memperlakukan sejarah seperti ini, seorang ahli dapat menegaskan hipotesis bahwa satu variabel tertentu (katakanlah, agama) menjadi sangat penting bagi peristiwa-peristiwa berikutnya dengan membayangakan peradaban tanpa variabel tadi dan menyusun suatu hipotesis sejarah alternatif berdasarkan deduksi logika. Seandainya alternatif sejarah yang paing mungkun membawa perkembangan-perkembangan yang sangat berbeda dengan yang sebenarnya terjadi, alhi bersangkutan dibenarkan untuk menyusun teori mengenai arti penting variabel yang diisolasi dari masyarakat tersebut. Ini la basis metodologi penyangkalan sebab-musabab Weber.
Weber tidak langsung terperangkap dalam tradisi positivisme yang mempengaruhi rekan Perancis sejamannya, Emile Durkheim, yaitu membangun gagasan-gagasan berdasarkan Comte dan orang-orang sebelumnya. Weber menolak gagasan Comtain bahwa ilmu tersusun atas beberapa hirarki logis. Meski demikian, ia seringkali diidentifikasi lewat positivis dan ilmu sosial liberal (Roth 1969: 196-200). Di satu sisi Weber siap berasimilasi dengan fungsionalisme struktural. Di sisi lain, serpihan-serpihan karyanya telaah tercabut keluar dari konteksnya dan beradabtasi dengan bentuk-bentuk historis sempit dari para ilmuwan sosial Amerika Serikat.
Penggunaan sosiologi oleh Weber diorientasikan pada pemisahan kecenderungan-kecenderungan normatif dan empiris serta pengakuan sosiologi sebagai satu ilmu empiris; pada pembedaan sosiologi dari sejarah; dan pada penelitian empiris yang menggunakan piranti kulitatif untuk menemukan fakta-fakta dan informasi fenomena kontemporer (Roth 1969: 196-200)
Weber berpendapat, misalnya, bahwa obyektivitas tidak boleh di korbankan dalam penelaahan ilmu sosial, bahwa intuisi tidak boleh mengatikan analisis sebab-musabab. Meskipun pertimbangan-pertimbangan nilai mungkin menyusup ke dalam pembahasan ilmiah, mereka tidak dibenarkan berada dalam penelaahan ilmiah. Ia memiliki wawasan politik yang sangat jelas, dan ia mengambil posisi terhadap isu-isu politik politik di zamannya (Bendix dan Roth 1971: Bab 3; Soff 1973; Leiserson 1975: 182; dan untuk konsepsi politik Weber dan para penerusnya, lihat Frohock 1974).
Pemahaman Weber tentang obyektivitas dan nilai-nilai membawanya memperbandingkan tipe-tipe ideal dengan fakta-fakta. Ia melakukannya dengan menyusun satu tipe ideal secara heuristik. Kontruksi tipe ideal merupakan cara-cara yang secara eksplisit menghubungkan satu peristiwa sejarah dengan penyebab-penyebab sebenarnya. Ia bertindak sedemikian jauh untuk menunjukan pendapatnya bahwa secara spesifik seluruh hukum Marxian dan paham-paham perkembangan, selama semuanya secara teoritis berkualitas, adalah tipe-tipe ideal. Sebagai contoh, ia sangat tertarik dengan wawasan dialektika, dan dengan demikian terdapat ambivalensi dalam hasratnya untuk bersifat seilmiah mungkin.
Obsesi keilmuan Weber terbungkus dalam gagasan-gagasannya tentang rasionalitas. Secaara esensial esai-esainya tentang Protestanisme dan kebangkitan Kapitalisme di Barat menentang interfensi Marxis tentang sejarah. Efisiensi, profesionalisasi, dan birokratisasi merupakan karakter-karakter yang dipandang Weber terdapat dalam proses rasionalisasi (Ritzer 1975 dan Swidler 1973). “Para pengkritik berkonsentrasi pada masalah arti penting sebab-musabab etika protestan dalam melahirkan kebangkitan kapitalisme, sementara Weber sendiri secara eksplisit menyatakan bahwa tujuannya bukanlah menjelaskan asal-usul ekspansi kapitalisme”
Di pengaruhi oleh Weber, bebrapa ilmuan sosial kontemporer taanpa sadar keliru dalam menginterpretasikan karya Weber. Satu contohnya adalah Talcott Parsons, yang tulisan-tulisan awalnya berfokus pada Weber.
Kebingunan ini merupakan konsekuensi dari penekanan Parsons terhadap beberapa aspek teori Weber dalam sikap berada dengan yang dilakukan Weber sendiri; penegasan interpretasinya bertolak belakang dengan Weber; persamaan konsep-konsepnya menghasilkan distorsi atas makna pemikiran Weber; dan generalisasi aspek-aspek karya Weber yang dilakukannya memilki kontradiksi dalam karakterisasi tertentu.
Pandangan Marx dan Weber
Pemikiran Eropa pada zaman itu memiliki beragam arus. Karl Marx mengadopsi dialektika yang berasal dari filsuf Jerman dan di Prancis ia mempelajari sosialisme. Dari ekonom politik Inggris, Marx memadukan gambaran tentang kekerasan yang melekat dalam mode akumulasi dan produksi kapitalis dan ia menolak gagasan reformasi. Gejolak politik pada tahun 1940-an membuat Marx menambah wawasannya. Tulisan Marx tidak secara akurat mengungkapkan ekses maupun eksplotasi kapitalisme, namun kritikan-kritikannya telah mencoba untuk membuktikannya.
Penilaian moral bagi Karl Marx, bahwa Masyarakat kapitalis dengan kekerasan dan eksploitasi didalamnya berkontribusi pada kemajuan manusia melalui peningkatan produktivitas manusia menuju ke tingkatan yang baru. Dengan berhasilnya kapitalisme, oara pekerja lah yang akan mengambil alih pembagian produksi dan negaranya demi kepentingan publik seluruhnya. Dalam keterlibatan politisnya, penilaian terseut menyatakan bahwa pertentangan sosial memang tidak dapat dihindarkan, namun pada akhirnya hal tersebut akan menguntungkan.
Pada abad 19-an, Eropa diselimuti oleh pemikiran-pemikiran yang penuh dengan khayalan dan bersifat utopia. Keadaan ini membuat Marx memiliki kekurangan keleluasaan dalam mendalami wawasannya untuk mwngkritik kondisi tersebut.
Max Weber dinilai sebagai pembeda gagasan Marx. Marx dianggap melibatkan dirinya dala menemukan pola-pola keseragaman yang mendasari setiap periode sejarah. Sedangkan Weber melihat bahwa kapitalisme di Eropa sebagai puncak sejarah peradaban tunggal. Weber menganggap gagasan kesadaran kelas Marxis yang dijadikan dasar upaya SPD untuk mendapatkan kekuatan dalam pemilu merupakan kesalahan besar dan pejelasan sejarah yang terdapat dalam materialisme dialektika sebagai terlalu menyederhanakan dan tidak alamiah.
Menurut Anthony Giddens dan Atkinson, Weber berpendapat bahwa revolusi tidak diperlukan dalam memajukan kelas pekerja, kepentingan kaum borjuis dalam kapitalisme dapat memungkinkan melibatkannya pada kondisi ekonomi dan politik kelas pekerja. Bagi Weber dalam perkembangan historis tidak dapat diinterpretasikan dalam suatu skema rasional yang menyatakan apa yang benar secara normatif. Sedangkan Marx, lebih menekankan pemikiran ekonomi, khususnya menguji dinamika historis mode produksi dari masyarakat borjuis.
Ada tiga kategori pembeda antara positivisme dan dialektika menurut Gerard Hoffman
1. Ilmu sosial dialektika tidak memisahkanpengetahuan dari pengamatnya, namun menguji dunia secara total.
Ilmu sosial positivisme mengamati potongan-potongan kecil dan variabel-variabel diisolasikan sebagai suatu sistem
2. Ilmu sosial dialektika menganggap penyandaran terhadap pengalaman yang terbatas akan tercampuri oleh telri tentang masyarakat
Ilmu sosial positivisme haya memungkinkan pengamatan terkendali terhadap perilaku dalam kondisi yang bisa direplikasi
3. Ilmu sosial dialektika tidak memastikan bahwa hipotesis dan konsep dapat dibenarkan maupun disalahkan hanya dengan basis bukti empiris
Ilmu sosial positiviame menganut dualitas fakta serta nilai dan teori yang hanya dapat dibangun berdasarkan kenyataan atau diketahui keberadaannya (bukti empiris)
Carl Mayer menekankan perbandingan pemikiran Marx dan Weber bahwa Marx secara metodologis adalah Hegelian dan Weber adalah Kantian.
(tabel 4.1) identifikasi perbandingan pemikiran Marx dan Weber
Pengaruh pemikiran Marx dan Weber dalam sub bidang sistem, budaya, perkembangan, dan pengelompokan kelas
Teori Sistem
Marx dan Weber secara eksplesit tidak mengarahkan perhatiannya kepada sistem, namun keduanya melibatkan perhatian mereka terhadap negara, khususnya dibawah kapitalisme.
Marx memberikan satu konsepsi tentang negara dan kelas penguasanya, adalah perjuangan kelas.
Lalu membaginya menjadi dua kelas , kaum borjuis dan kaum proletar. Kaum Borjuis ini adalah kelompok pemilik modal, tidak hanya memastikan dominasi ekonominya namun juga kontrol politiknya atas negara modern. Kemudian Kaum Proletar adalah kelompok buruh yang bergantung pada kaum borjuis yang tidak memiliki apa-apa kecuali tenaga kerja.
Dalam pemahamannya tentang negara, Marx dipengaruhi oleh Hegel. Dalam filosofi Hegel negara harus dipisahkan dari masyarakat sipil, satu masyarakat dengan pemerintah dan hukum, namun negara perlu meredakan dan memecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat sipil.
Marx berpendapat bahwa negara merupakan ciptaan masyarakat sipil, negara mengekalkan struktur kelas hirarkis (pengelompokkan) untuk melindungi kepentingan-kepentingan kelas penguasa meskipun kepentingan-kepentingan kelas penguasa bisa mendorong pertikaian. Hubungan penguasa dan negara tidak boleh terhalangi konflik semacam ini sehingga negara dan kelas penguasa harus dihapuskan. Pandangan Marx juga bahwa negara tidak mewakili seluruh masyarakat melainkan ia akan selalu di sisi para penguasa.
Marx memberikan suatu perspektif tentang masyarakat, perbedaan antara suprastruktur dan basis strukturalnya ada dalam masyarakat. Jika diibaratkan basis merupakan fondasi yang menjadi bagian dasar yang menyokong, bangunan diatasnya suprastruktur. Suprastruktur merupakan segala ranah yang eksis dimasyarakat, baik berbentuk nyata maupun abstrak, Marx menjelaskan beberapa bagian suprastruktur yaitu: kesadaran, agama, kelas, negara dan juga keluarga. Kelompok penguasa disini merujuk pada wilayah basis, yaitu mereka yang menguasai tenaga-tenaga produksi. Dalam pemikiran Marx, cara-cara produksi menjadi satu-satunya faktor yang menentukan atas kenyataan sosial yang ada, sebagai makhluk hidup biologis, produksi/kerja-kerja yang berusaha mendapatkan makanan merupakan kebutuhan utama dalam melanjutkan kehidupan. Atas dasar itu Marx meyakini cara-cara produksilah yang menjadi basis dari struktur masyarakat.
Weber tertarik dengan teori umum tentang masyarakat dan penggunaan tipe “idealnya” terbukti berguna untuk teori semacam ini. Weber percaya bahwa kapitalisme adalah esensial (perlu) bagi dunia modern. Dan ia mengidentifikasi protestanisme / doktrin agama protestan sebagai satu unsur dalam badan usaha kapitalis mendunia yang tersusun atas pasar, uang, properti dan keuntungan. Protestanisme mencirikan sistem Barat modern dari Weber.
Weber mendefinisikan negara sebagai suatu komunitas manusia yang (berhasil) mengklaim monopoli penggunaan kekuatan fisik secara sah dalam satu wilayah tertentu , negara adalah hubungan dari manusia yang mendominasi manusia lainnya, satu hubungan yang didukung cara-cara kekerasan yang sah. Meskipun menggunakan kekerasan, negara mengendalikan situasi dominasi sebagian pihak berlaku atas yang lain. Dominasi adalah konsekuensi dari persaingan kekuasaan. Ia mengidentifikasi tiga legitimasi dominasi yaitu dominasi tradisional kepala suku atau raja, dominasi karismatik panglima perang, tokoh masyarakat dan dominasi legal pejabat birokrasi atau negara.
Sebagai rangkumannya sistem adalah rasionalitas, pembedaan fungsional dan spesialisasi peran-peran dalam kerangka kerja negara. Konsepsi ideal Weber memandang adanya rutinisasi, harmoni dan efisiensi.
Konsepsi-konsepsi Marx dan Weber sangat berbeda. Marx menginterpretasikan struktur negara monolitik dan terikat kepentingan-kepentingan kelas penguasa, sedangkan Weber memandang struktur sebagai kepentingan majemuk. Marx memandang kapitalis tidak sah dan Weber memandang kapitalis bentuk dominasi yang sah. Mark memaksakan penghapusan negara dan kelas-kelasnya, Weber membayangkan adanya kemajuan negara lewat legitimasi dari segala kegiatannya.Marx memahami perubahan negara dan kelas penguasa sebagai cerminan materialisme historis, Weber sebaliknya, ia memandang kapitalisme mendorong masyarakat menjadi rasional sebagai upaya mempertahankan orde. Marx dan Weber menguji kekuatan fisik atau kekerasan . Weber mengkombinasi kekuatan negara dan kekerasan dengan legitimasi , sementara Marx mendefinisikan negara tidak lain hanyalah satu instrumen kekerasan yang menindas tingkatan-tingkatan yang lebih rendah.
Teori Kebudayaan
Budaya Politik (politcal culture) merupakan salah satu dorongan utama lain dalam literatur perbandingan politik. Bagi Gabriel Almond seluruh sistem politik melekat pada satu pola orientasi tindakan politik.
Samuel beer dan Adam ulan berpendapat bahwa pola tersebut terdiri dari gagasan dan tradisi tentang kewenangan.
Mark menyadari materialisme sebagai basis dari seluruh sejarah dan demikian pula halnya dengan kebudayaan dan materialisme menyertakan proses- proses dan mode-mode yang digunakan orang mereproduksi keberadaan mereka melalui produksi. kepercayaan dan simbol-simbolnya, membentuk sebagian suprastuktur masyarakat kapitalis.
kebudayaan mewujudkan, mendorong dan melanggengkan ideologi sebagai kesadqran semu, dan kebudayaan cenderung bertahan dalam perjalanan waktu. Marx mengidentifikasi periode-periode sejarah dicirikan oleh perumusan kebudayaan baru yang menjadi sandaran negara dan di mana kelas penguasa, terdiri dari bangsawan-bangsawan feodal,para saudagar, ataupun kapitalis industri-melegitimasi peran eksploitasinya.
Dalan Economic and Philosophical Manuscripts Marx merinci konsep pekerja terkucilkan.ia memandang kapitalisme cenderung mempermiskin pekerja, dan disaat bersamaan memperkaya kaum kapitalis serta memperbolehkan adanya konsentrasi modal.Marx menggambarkan hubungan antara individu dengan komunitas tergerogoti segera setelag kepentingan komunitas mengambil " bentuk berbagai negara, terpisah dari kepentingan individu dan komunitas"
Dalam Grundrisse Marx membedakan antara individu pribadi,yang berarti pemilik proses-proses produksi dan kekuatan pekerja,dengan individu sosial,yang berarti bentuk manusia baru "individu yang berkembang secara universal"dari masyarakat tanpa kelas
Esensi kepedulian Weber terhadapa sejarah, yang dibenarkan oleh banyak penerusnta yqng berkecimpung dalam kebudayaan san teori kepribadian, adalah penggunaan tipe-tipe ideal kewenangan yang sah.
Weber mengidentifikasi tipe-tipe kewenangan sah yang mempengaruhi kebudayaan. kewenangan tradisional,karismatik dan rasional.
Legistimasi sistem tradisional ini hanya dipertanyakan ketika timbul krisis baru yang tak dapat dikendalikan dimana solusi-solusi yang diberikan terbukti mandul. Legistimasi kewenangan karismatik bergantung pada keberhasilan penanganan krisis yang menjatuhkan orde tradisional. Kewenangan karismatik menentang kontrol rutin terhadap tindakan, yang mencirikan kewenangan tradisional maupun rasional. perkembangan-perkembangan mendorong kewenangan rasional legal sebagai konsekuensi dari beberapa dampak religius, misalnya reformasi dan akunulasi modal yang membawa perubahan besar bago eropa, yang sejarahnya diyakini weber sebagai satu peradaban koheren. Bagi Weber, selanjutnya kebudayaan adalah penentu penting tindakan sosial, dan dengan demikian, perkembangan historis peradaban keyakinan dan simbol-simbol merupakan ciri-ciri pembeda dari gagasannya tentang kewenangan.
Peter M.Blau menghibungkan konsepsi kewenangan Weber dengan dua tipe dasar kekuasaan, dominasi pihak-pihak lain yang bersandar pada kemampuan untuk mempengaruhi kepentingan-kepentingan mereka, dan dominasi yang bersandar pada kewenangan, yaitu,kekuasaan untuk memberikan perintag dan wajib untuk mematuhi.
Dalam pendekatan Weber secara implisit terdapat dua paham dasar: tipe ideal individualisasi,yang hanya sekali dicontohkan sejarah lewat kapitalisme Barat, dan tipe generalisasi, yang menyertakan banyak contoh. Konsepsi marxis menjelasjan kebudayaan dengan nerujuk pada susunan politik,sosi,dan ekonomi masyarakat.sementara konsepsi Weber menjelaskan susunan politik,sosial,dan ekonomi merujuk pada kebudayaan.mark memahami bahwa kewenangan dominan secara hirarkis terbakukan dalam negara kapitalis bersama-sama dengan kelas penguasa.Eksploitasi menjadi ciri dominasi dan kewenangan tidak sah dari kelas ini.
Marx menekankan bahwa pengucilan individual dalam masyakat materialis merupakan konsekuensi dari kewenangan dominan dan eksploitasi kapitalisme. Perbedaan-perbedaan signifikan tampak dalam interprestasi Marx dan Weber menyangkut kebudayaan.perbedaan asumsi dan penjelasan yang pempengaruhi hasil studi dalam perbandingan politik.
Teori Pembangunan
Teori mengenai pembangunan dengan beragam tema yang ada di lingkungan politik. Demokrasi merupakan tema yang sering digunakan dalam literatur tradisional perbandingan politik . Demokrasi merujuk kepada pengalaman eropa dan amerika , namun ketika para pelaku beralih kebanyak negara terutama ke negara dunia ketiga, terdapat penilaian ulang.ara ahli seperti Lucia Rye lebih mengganti Demokrasi menjadi perbandingan politik. Teori tahap perkembangan juga merupakan hal yang umum. Ahli seperti Walt W Rostow mengajukan tahap perkembangan kemajuan kapitalis sedangkan A.F.K Organski memodelkan pendekatan pembangunan politik yang sejalan dengan Rostow. Literatur mengenai perkembangan bangsa , nasionalisme , dan pembanguna diakui secara luas secara perang kedua, dan yang terbaik adalah kontribusi dari Karl deutsch dan Rupert Emerson. Pada akhirnya terdapat interpretasi yang berdasar dari modernisasi yang biasanya berbentuk pada industrial yang maju pada negara kapitalis.
Dorongan baru muncul sebagai penguji keterbelakangan pembangunan , khususnya amerika latin , Afrika, Asia, meskipun pembangunan merupakan konsekuensi penyebaran modal dan teknologi dai wilayah wilayah yang maju ke terbelakang. Upaya upaya negara maju dalam menerapkan sistem demokrasi dan budaya sipil di negara terbelakang juga tidak produktif justru menghasilakn eksploitasi dan penindasan .
Seorang Ahli yang bernama Andre Gunder Frank yang berfokus pada pembangunan dan keterbelakangan , berpendapat bahwa kapitalisme pada skala dunia menghasilkan metropole dan satelit satelit terbelakang. Banyak interpretasi dan aplikasi yang bar diterapkan oeh para ahli melalui berbagai pendekatan. Kebingungan yang terjadi pada para ahli adalah dengan mengakar teori teori bedasarkan teori dari marx. Pandangan marx yang mengarah ke pembangunan berpendapat bahwa kebanyakn ahli lebih mengacu kepada borjuis dan ideologis. Marx menolak dengan pandangan yang spekulatif dan filosofis tentang kenyataan dan menyerang kelompok idealis sekaligus materialis dalam tesisnya , Thesis on feuerbach.
Dalam tesisnya marx berpendapat bahawa para filsuf mengintrepetasikan dunia dengan berbagai macam cara , inti yang sebenarnya adalah mengubahnya. Marx bermaksud unuk bersifat ilmiah dalam pengertian menghindari abstraksi mateialisme atau idealisme dan memilih “ilmu manusia”. Marx tidak mendefinisikan konsep konsepnya dengan perngertian postivisme. Marx bermaksud memberikan penjelasan penuh mengenai dialektika namun tidak pernah menuliskannya, meski demikian penjelasannya tetap tampak di seluruh karyanya. Howard Sherman menyebut dialektika marx sebagai metode pendekatan non-dogmatis terhadap terhadapa permasalahan ilmu atau politik dalam sehari hari, ia menggariskan teori dealektika dengan 5 aturan yang pertama : interkoneksi, kedua : perubahan , ketiga : kesatuan , keempat : Kualitas dan kuantitas , kelima : negasi terhadap negasi.
Marx melakukan pengamatan Aspek-Aspek masyarakat yang dinamis , bukannya statis , dan yang nyata, bukannya ideal. Marx menekankan pelandasan teori pada fakta – fakta kenyataan sejarah ,dan materialisme historis memberi marx satu perspektiff pembangunan. Marx menganalisis masyarakat menjadi berbagai macam tipe , menunjukkan mode-mode produksi Asiatik , Kuno , dan Feodal. Marx menghubungkan pekerja dalam produksi dalam satu komoditas. Pekerja sendiri merupaka satu komoditas dan dipertukarkan di dalam pasar.
Ahli selanjutnya adalah weber , Tipe tipe ideal kewenangan dominan dan sah bagi weber yang memandang rasionalitas legal sebagai pertimbangan utama dalam perdaban barat yang menjadi focus utama. Pemikiran Weber berkontribusi dalam pandangan evolusioner umum tentang perkembangan manusia. Pemikiran Weber tidak diragukan lagi harus melakukan penilitian karena cara yang diperguanakan oleh weber menggambarkan rasionalisasi kapitalisme eropa pada pergantian abad lalu dan menjadi model perkembangan perbandingan politik saat ini. Rasionalisasi birokrasi, pemisahan gereja dan Negara-negara sekularisasi dan institusionalisasi parlementarisme terhadap semuanya membentuk elemen model tersebut.
Marx memberikan satu konsepsi dinamis dengan gagasan gagasan perkembangan interaksi masyarakat dengan dunia dengan kekuatan kekuatan produksi dan mode mode produksi. Weber memberikan konsep statis tentang perkembangan yang didasarkan pada identifikasi karakteristik – karakteristik rasional tersenidiri pada birokrasi Negara Negara indutri. Marx dan weber berfokus pada kapitalis borjuis . beberapa pengkritik meng nilai pandangan marx sebagai revolusioner dan realis , sementara persfektif weber sebagai evolusioner dan idealis . Marx menggunakan dialektika sebagai metodenya sedangkan weber menggunakan tipologi-tipologi ideal. Marx mengamati transformasi basic structural dan melandaskna teori nya pada fakta – fakta kenyataan sejarah sedangkan weber memberikan pengamatan pada persyaratan-persyaratan, menekankan rutinisasi, efisiensi , professionalisasi, sekulilaritas , proses pembedaan, serta spesialisasi dan weber melandaskan teorinya pada gagasan-gagasan dan tampaknya terhadap masyarakat.
Teori Kelas
Studi – studi tentang penguasa dan yang dikuasai menandai literature. Perbandingan Politik dari masa lalu hingga sekarang.Kontribusi kontribusi teori Karl Marx dan Weber pada subyek ini telah membangkitkan kontroversi dan polemic yang dalam serta pengelompokan ilmu – ilmu sosial.
Satu posisi bersandar pada asumsi yang berlaku luas dalam politik Amerika Serikat dan disebut pluralism, berpendapat bahwa beragam kepentingan dan dengan demikian, penyebaran kekuasaan yang luas mencirikan orde demokrasi. Terkadang pluralisme membayangkan masyarakat tersusun dari kelompok – kelompok kekuasaan yang berseteru dan setiap kelompok menggunakan kekuasaan untuk memajukan kepentingannya sendiri.
Dan perdebatan antara para elit kelompok pluralis dan kelompok elit kelas penguasa membelokan perhatian pada kepedulian esensial Marx terhadap analisis kelas.
Tidak seperti Weber yang menggunakan kelas sebgai kategori penggambaran masyarakat kapitalis pada saat tertentu. Marx menghubungkan kelas dengan basis material untuk menguji sumber – sumber perubahan dalam masyarakat kapitalis.
Dengan demikian, di bawah kapitalisme kedua kelas berdiri sebagai lawan dialektual satu sama lain.
• Secara historis kaum borjuis memegang satu peran bersejarah, merekalah yang mengakhiri hubungan – hubungan feodal. Kaum borjuis tidak akan ada tanpa secara konstan merevolusi instrument – instrument produksi, selanjutnya hubungan produksi, hubungan dalam masyarakat. Konservasi mode lama dalam bentuk asli, sebaliknya, adalah kondisi pertama dari keberadaan seluruh kelas industry awal.
• Sebaliknya kaum proletar, kelas pekerja “yang hidup selama mereka menemukan pekerjaan, dan yang akan menemukannya selama tenaga mereka meningkatkan modal” harus tunduk terhadap kelas borjuis. Kaum protelar berasimilasi dengan strata kelas menengah yang lebih rendah para pedagang kecil, penjaga took, pemilik sewa, pengrajindan kesemuanya secara perlahan.
Akhirnya dalam bab terakhir ringkas dasri Capital volume ke tiga, Marx mencoba mengedapnkan konsepsi kelas. “Para pekerja upahan, kaum kapitalis, dan pemilik tanah merupakan tiga kelas besar dari masyarakat modern yang berdasarkan mode produksi kapitalis.” Ia memperingatkan adanya stratifikasi kelas, karena dari Inggris yang sangat maju. “Strata menengah dan perantara disini pun menghapuskan garis – garis demarkasi di mana – mana” (Marx 1967:3:858).
Yang jelas bagaimanapun juga teori dan analisis Marx tidaklah bersifat doktrin dan deterministic yang dilakukan pengikutnya. Dalam sebuah surat Marx telas membuktikan :
1. Bahwa keberadaan kelas hanya terikat dengan fase – fase sejarah tertentu dalam perkembangan produksi
2. Bahwa perjuangan kelas perlu membawa kediktatoran proletariat
3. Bahwa kediktatoran inidengan sendirinya merupakan masa transisi menuju penghapusan seluruh kelas dan menuju suatu masyarakat tanpa kelas.
(Sprinzak 1975:399)
Dengan memperhatikan bahwa kelas adalah sebuah konsep yang ditentukan secara ekonomi Weber mengusulkan bahwa kelompok – kelompok status juga mempengaruhi distribusi kekuasaan dalam suatu atau komunitas, namun definisinya membedakan kelas dari kelompok status.
Seluruh kelompok status berada dalam cakupan tertentu dari apa yang menurut Weber dapat didefinisikan sebagai kelas – kelas ekonomi. Kelas – kelas yang lebih luas ini tidak secara persis dibatasi dan merekapun tidak mencerminkan tingginya derajat kebersaman dalam kepentingan, disposisi, dan loyalitas para anggotanya. Setiap kelas terdiri dari banyak kelompok status sehingga dimungkinkan untuk membicarakan stratifikasi kelompok – kelompok status dalam kelas yang secara hierarkis peringkatnya disesuaikan dengan keuntungan relative pasar. Ketika permintaan pasar berubah hubungan kelompok – kelompok status dalam sebuah kelas mungkin secara konstan disusun ulang.
Dalam bab ini kita secara singkat mengulas kehidupan dan pemikiran dari dua orang pelopor yang kontribusi teoritisnya telah memperngaruhi perbandingan politik kontemporer. Kita telah mengidentifikasi karya serta gagasan merka dan kita telah mencoba menunjukan hubungan dengan pemikiran mereka dalam empat sub bidang di sekitarnya yang menjadi kecenderungan kelompok perbandingan politik.
0 komentar:
Post a Comment