.

.
Home » » Resume Buku Teori Perbandingan Politik oleh Ronald H. Chilcote (BAB VIII)

Resume Buku Teori Perbandingan Politik oleh Ronald H. Chilcote (BAB VIII)

TUGAS TEORI PERBANDINGAN POLITIK
RESUME BAB 8

TEORI-TEORI KELAS : DARI ELITE PLURALIS KE KELAS PENGUASA DAN MASSA

DISUSUN OLEH :
ERICK DONALD YACOB (1302045208)
MAULANA YUSUF (1302045
RYAN PAMUNGKAS (1302045242)
TRI CHANDRA SEPTIAN (1302045233)
S. JESSICA DEBORAH (1302045206)
VENIATI SARLINA (1302045193)








Terminoligi seperti elit kekuatan, struktur kekuatan, sirkulasi elit, elit penguasa, kelas pemerintah, dan kelas penguasa berlaku luas dalam literature kelas sosial. Seperti pemikiran kedua filsuf yang memiliki prespektif berbeda yaaitu Marx dan Weber. 
Dari Marx sendiri ia memakai prespektif kelas dalam penggambarannya dan secara umum ia merujuk 3 kelas besar yaitu,
1. Pemilik tanah
2. Kapitalis industry
3. Pekerja.
Dan terdapat juga kaum borjuis yaaitu kelas penguasa dan kaum buruh.
Sedangkan menurut Weber berpendapat bahwa kelompok-kelompok status maupun kelas-kelas yang mempengaruhi control komunitas, dan kelompok itu ditemukan dalam kelas ekonomi, terstrata, dan terperingkat secara hirarki menurut keinginan pasar yang mencerminkan keragaman, kepentingan dan preferensi. Jadi weber memandang kelas adalah sesuatu yang ideal.
 Jadi setidaknya terdapat 5 aliran kelompok ahli yang sedang dirumuskan yaitu: 
Pluralisme
Instrumentalisme
Strukturalisme
Kritikalisme
Statisme

PLURALISME
Pluralisme adalah suatu klasifikasi kelas yang berpegangan bahwa demokrasi didalilkan pada keragaman kepentingan dan penyebaran kekuasaan dan teorinya pun berkembang melalui ekonomi dan politik liberal.
PLURALISME DAN TEORI DEMOKRASI ELITIS
Inti dari pemikiran ini adalah bahwa setiap masyarakat, suatu minoritas membuat keputusan-keputusan besar , yang bermula dari pemikiran plato namun berkembang melalui beberapa tokoh yaitu:
Pareto (1996) yaitu menekankan kepada perbedaan antara elit dan non elit dan menurunkannya pada kekuatan ekonomi dan kemampuan berorganisasi. Dan terbagi atas dua strata yaitu elit pemerintah & nonelit.
S.E. Finer & T.B. bottomore  mereka berdua mengakui pengaruh teori elit pareto. Tapi menurut mereka pareto tidak menghubungkan elit dengan kelas sosial ekonomi.
Mosca sedikit berbeda ia tidak menekankan pengertian elit dalam tulisannya tapi sebaliknya ia lebih menyukai pengertian-pengertian kelas politik, kelas penguasa dan kelas pemerintah. Dan konsepnya yang pertama itu adalah kelas elit lebih sedikit dibandingkan dengan kelas terpimpin dan yang kedua kelas penguasa dapat di pengaruhi oleh kelas nonelit jika dirasa kurang berpihak kepada nonelit, dan yang ketiga adalah pemerintah tidak dapat dapat berkuasa tanpa adanya dukungan massa non elit.
PLURALISME DAN POLIARKI
Inti dari pemikiran ini adalah struktur kekuasaannya yang terbagi-bagi, dan bukan terorganisasi dalam satu pola hirarki jadi seperti negara amerika. Dan peluang dalam kemerdekaan pemikiran, consensus, dan perbedaan pendapat dan partisipasi politik serta kepercayaan dan loyalitas terhadap pemerintahan yang konstitusional dan demkratis yang memiliki tiga konsep dasar yaitu adanya kepentingan, kekuasaan, dan konflik.
PLURALISME DAN SOSIALISME
Pluralism terbagi atas pluralism organisasional dan konfliktif dan tidak lagi selalu tentang kaum borjuis barat, menurut Dahl pluralism organisasional menyiratkan peningkatan etonomi terhadap peningkatan jumlah organisasi. Pluralism konfliktif itu seperti melihat adanya pola-pola belahan yang harus diperhatikan dan di perhitungkan dalam mencirikan konflik-konflik yang timbul dari sekumpulan orang-orang tertentu dan sedangkan sosialisme merupakan pergesaran dari kapitalisme yang tidak perlu menghasilkan tidak perlu menghasilkan sedikit pluralism organisasional karena hal itu tidak bergantung dari negara itu menganut kapitalisme atau sosialis tapi bergantung dari keputusan serta otonomi yang di perbolehkan bagi badan usaha.



INSTRUMENTALISME
Instrumentalisme berasumsi bahwa Negara di control oleh dan melayani kepentingan-kepentingan kelas kapitalis.Intikarya C. Wright Mills dan karya G. William domhoff, dimana keduanya memperluas teori struktur kekuasaan.Menurut miliband, kelas penguasa kapitalis menjalankan kekuasaan dengan menggunakan Negara sebagai instrumentnya untuk mendominasi masyarakat.Pandangannya ditarik dari communist manifesto di mana marx dan engel menegaskan bahwa “Negara modern tidak lain adalah sebuah komite yang mengelola urusan-urusan umum di seluruh kaum borjuis.

WARISAN STRUKTUR KEKUASAAN DALAM KOMUNITAS
Nelson polsby (1963: 8-11) menyinggung beberapa penegasan penting studi-studi kekuasaan di Amerika Serikat.Tangga strata biasanya di bayangkan dengan sebuah kelas atas di puncak yang memerintah komunitas local.Kelas ini dapat diidentifikasi lewat kriteria seperti pendapatan, pekerjaan, tempat tinggal, dan pola konsumsi.Kelas atas memiliki kekusaan yang lebih besar ketimbang para pemimpin politik dan tokoh masyarakat.Kelas atas ini memerintah demi kepentingannya sendiri, dan dominasi dan posisinya memastikan keterpisahannya dari kelas-kelas yang lebih rendah dari sebuah komunitas pemisahan ini membawa pada konfliksosial.
Di antara studi-studi komunitas yang menerapkan teori stratifikasi, studi di Middletown ataumucie, Indiana, tetap bersifat klasik.Dilakukan pertama kali oleh Robert dan Helen lynd, pertama di pertengahan tahun 1920-an dan sekali lagi satu decade berikutnya, studi Middletown mengidentifikasi “kelasbisnis,” yang ternyata di control satu keluarga dan dominan di setiap lingkup kegiatan komunitas. Di tahun 1940-an dan 1950-an William Lloyd warner dan rekan-rekannya menerbitkan lima studiyankee city atau Newburyport, Massachusetts, di mana perhatian di arahkan pada posisi dan status kelas. Studi-studi ini mendemonstrasikan dominasi kelas-kelas atas, meskipun konflik antar kelas-kelas atas dan yang lebih bawah terkadang terjadi. Warner juga mempelajari morris, sebuah kota kecil di Illinois utara, selama akhir tahun 1930-an dan awal 1940-an.Awal tahun 1950-an F floyd hunter memanfaatkan panel-panel kelompok orang yang memahami kehidupan komunitas untuk mengidentifikasi para pengambil keputusan di Regional City atau Atlanta, Georgia. Pendekatan reputasional ini di lakukan untuk menggambarkan struktur kekuasaan komunitas.
STRUKTUR KEKUASAAN DAN INSTRUMENTALISME MILS DAN DOMHOFF
C Wright Mills dan F floyd Hunter berfokus pada mekanisme yang mengikat kepentingan kelas dan G. William Domhoff memperluas karya mereka dengan di konsentrasikan untuk menunjukkan koneksi-koneksi social antara individu-individu yang menduduki posisi kekuasaan.
Karya Mills The Power Elite (1956) memberikan satu analisis umum tentang elite di amerika serikat. Hunter dalam Top leadership USA (1959) memperluas risetnya tentang struktur komunitas ke seluruh amerika serikat dan memanfaatkan riset empiris dengan beberapa landasan teoritis untuk menunjukkan tesisnya tentang dominasi elite penguasa.
Mili band telah merangkum isi tesis mills: “bahwa di amerika serikat beberapa orang yang memiliki kekuasaan luar biasa telah menghilangkan kesempatan orang lain; bahwa orang-orang ini semakin menjadi elite yang mengekalkan dirinya sendiri; bahwa kekuasaan mereka semakin tidak terkontrol dan tidak bertanggung jawab; dan bahwa pengambilan keputusan mereka, semakin di dasarkan pada definisi kenyataan pihak militer dan realism konyol yang di orientasikan pada tujuan-tujuan tak bermoral.
Kritikter hadap teori struktur kekuasaan mills menyertakan perspektif-perspektif liberal maupun radikal meluncurkan sebuah serangan kepada metode-metode mills dengan menyarankan sejumlah tes atas tesis mills.
Domhoff berangkat dari kritik ini dan membenarkan bahwa dalam kenyataannya posisi mills sendiri merentang di antara posisi liberal dan radikal para pengkritiknya. Secara empiris ia mengaitkan anggota-anggota kelas atas dengan control ekonomi perusahaan sehingga membenarkan gagasan bahwa kehidupan amerika serikat di dominasi oleh elite perusahaan yang relative bersatu ketimbang oleh suatu  “manajerial”. Ia menunjukkan adanya kesatuan diantara beragam elite kekuasaan. Orang-orang yang menjalankan dunia perusahaan terlibat dalam yayasan-yayasan, partai-partai politik, dana sosiasi-asosiasi sipil.Domhoff percaya bahwa konsep elite kekuasan adalah sebuah jembatan antara posisi-posisi pluralis dan radikal. Ia melihat elite kekuasaan sebagai perluasan konsep kelas penguasa.
INSTRUMENTALISME MARXIS : MILIBAND
Karya mili band The State in Capitalist Society (1968) berakar secara kuat dalam instrumentalismenya. Karya ini menyerang teori pluralis dan berkontribusi pada teori marxis tentang Negara dan kelas dibawah kapitalisme. Negara dipahami dalam pengertian penggunaan instrument kekuasaan oleh orang-orang yang berada pada posisi-posisi penting. Mili band tidak pernah beranjak dari pandangan bahwa dalam masyarakat kapitalis, Negara berada di atas seluruh instrument pemaksaan kelas penguasa, ia sendiri didefinisikan dalam pengertian kepemilikan dan kontrolnya atas cara-cara produksi” (mili band 1969:5). Kelas penguasa masyarakat kapitalis dengan demikian memegang kendali kekuasaan ekonomi dan menggunakan Negara sebagai instrumennya untuk mendominasi masyarakat. Mili band mencatat dua kelas di bawah kapitalisme kelas yang memiliki dan mengontrol serta kelas yang bekerja. Di antara kelas-kelas “kutub” ini orang dapat menemukan dua elemen “kelas menengah” yang satu terdiri dari golongan professional dan yang lain berupa para pelaku bisnis dan para petani yang memiliki usaha kecil-menengah. Sebagai tambahan, terdapat massa professional yang menjalankan Negara.
TINJAUAN KRITIS TERHADAP TEORI INSTUMENTALIS
Pengertian elite penguasa, sirkulasi elite, elite kekuasaan, kelas atas, kelas pemerintah, dan kelas penguasa tidak selalu dibedakan dalam studi-studi kekuasaan dan struktur komunitas. Pengertian-pengertian tersebut dipergunakan secara abstrak dan terisolasi dari tingkat-tingkat kelas sosio ekonomi lainnya. Focus kelas berdimensi satu ini menghasilkan perspektif-perspektif yang statis dan terkadang tidak signifikan.
Inti teori marxis adalah dinamisme kelas. Marx merujuk kelas dalam pengertian popular dan formal. Di satu sisi, kelas social berbagi ciri tertentu yang berhubungan dengan misalnya pendapatan, sehingga sering kali marx menulis kelas pemilik uang atau industry; terkadang ia menyebutnya kelas-kelas ideology, kelas-kelas tak berproduktif, kelas-kelas tak berpendidikan, dan sebagainya. Di sisi lain, marx menunjukkan bahwa secara historis pembedaan kelas-kelas terjadi lewat perkembangan kekuatan-kekuatan produksi dan penciptaan surplus produk yang jauh melebihi kebutuhan-kebutuhan para produsen atau pekerja langsungnya. Dalam lingkup ini muncul dua kelas dasarnya itu kelas penguasa dan kelas pekerja dan kelas-kelas ini digambarkan dalam pengertian hubungan-hubungan produksi. Mode produksi terstruktur semacam ini perlu di jelaskan, bagaimana pun juga bahwa orang tidak dapat menentukan mode produksi lewat kelas-kelas sebuah masyarakat tertentu.
STRUKTURALISME
Teori-teori strukturalisme dan struktur kekuasaan secara substansial berbeda. Bukanya menjadi subyek manipulasi borjuis penguasa di bawah kapitalisme, Negara mungkin beroperasi dalam cara yang ditentukan oleh perkembangan kapitalisme sendiri. Nicos poulantzas (1969), misalnya, berpendapat bahwa parsitipasi lansung para anggota kelas penguasa tidak perlu menentukan tindakan tindakan Negara. Bahkan, ia memberitahuka bahwa Negara kapitalis hanya dapat melayani kepentingan kepentingan kapitalis dengan baik hanya jika para anggota kelas ini tidak berpartisipasi menjadi aparat Negara (1969:74)
Para strukturalis politik seperti althusser dan poulantzas berfokus pada mekanisme-mekanisme penindasan dan idiologi Negara serta cara mereka menyediakan suatu struktur tertata bagi kapitalisme.

STRUKTURALISME DALAM MARX DAN LEVI-STRAUSS
Bagi marx, sebagaimana claude levi-strauss, struktur, hendaknya tidak dirancukan dengan hubungan hubungan sosial yang kasat mata, namun merupakan tingkat kenyataan yang tidak kasat mata namun hadir dibelakang hubungan hubungan sosial yang kasat mata.logika hal yang belakangan tersebut, dan hukum hukum praktek sosial yang lebih umum, bergantung pada cara  berfungsinya struktur-struktur tersembunya ini, dan penemuan mereka akan memungkinkan kita memperhitungkan seluruh fakta teramati (1973: 336)
Jonathan friedman (1974) menganalisis kemiripan pemikiran marx dan levi-strauss serta berkesimpulan bahwa meskipun karya levi-strauss seperti les structures elementaires de la parente dan karya marx seperti capital adalah berbeda, keduanya mencoba menjelaskan kenyataan dalam pengertian apa yang dipandang sebagai hubungan-hubungan mendasar yang fundamental (1974: 453).



STRUKTURALISME POLITIK: GRAMSCI, ALTHUSSER, DAN POULANTZAS
Gramsci cenderung memanfaatkan kategori-kategori analisi, misalnya, dalam membedakan Negara dengan masyarakat sipil, sebagaimana hegel dan marx dalam karya awalnya. Meski demikian, konsepsi Negara Gramsci bermacam-macam. Krisis-ksrisis terjadi dalam hegemoni kelas penguasa karena ia gagal dalam beberapa langkah politik dan massa menjadi tidak puas serta secara akhtif melakuakan penentangan. Krisis hegemoni semacam ini adalah sebuah krisis kewenangan atau krisis Negara. Dalam kondisi kondisi seperti ini kelas penguasa dapat mngambil alih control dan mempertahankan kekuasaan lewat penghancuran para penentangnya. Gramsci menguji kegiatan ini dalam pengertian pengalaman-pengalaman italia dan Negara-negara lain di eropa. Ia tampaknya sepakat dengan posisi strukturalis bahwa kegiatan-kegiatan Negara ditentukan oleh struktur masyarakat ketimbang oleh orang-orang yang berposisi memegang kekuasaan Negara.
Mark poster (1974) memberikan sebuah rangkuman sempurna gagasan-gagasan althusser. Ia mencirikan strukturalisme althusser sebagai satu pelarian dari idiologi menuju ilmu dan marxisme yang secara teoritis lebih canggih, yang dapat menganalisis beragam segmen masyarakat tanpa mengurangi kesemuanya bagi ekonomi (1971: 397)
Dalam esainya tentang idiologi dan negara, althusser menseketsa pemaparan marx tentang struktur setiap maysarat dalam pengertian tingkat-tingkat: infrastruk atau basis ekonomi yang terdiri dari kekuatan-kekuatan dan hubungan-hubungan produksi, di satu sisi, dan suprastruktur yang terdiri dari aspek-aspek politik-legal dan idiologi, di sisi lain. Althusser merujuk pemaparan ini sebagai metafora, yaitu, tetap bersifat deskriptif, sehingga ia pun mengajukan perumusan berbeda. Dengan mengikuti Marx ia memandang negara sebagai sebuah aparat-aparat penindas yang memungkinkan kelas-kelas penguasa mendominasi dan mengekploitasi kelas pekerja. Negara selanjutnya adalah kekuatan penindasan dan intervensi yang melindungi kaum borjuis dan para sekutunya dalam perjuangan kelas melawan kaum proletar. Tujuan perjuangan kelas menyangkut kekuasaan negara, dimana kaum proletar harus merebut kekuasaan negara, menghancurkan aparat-aparat negara borjuis, menggantikannya dengan aparat-aparat negara proletar, dan kemudian pada akhirnya menghancurkan negara itu sendeiri
Althusser dengan demikian membedakan kekuasaan negara dengan penindas negara, dan ia mengindetifikasi elemen-elemen struktural aparat negara ini. Berkaitan dengan aparat penindas negara ini, ia menyinggung adanya prularitas aparat idelogi negara, yang bagi pengamat akan tampak sebagai institusi-institusi tersendiri dan terspesialisasi, termasuk sistem religius gereja, sekolah, keluarga, partai politik, serikat dagang, komunikasi dan kegiatan budaya. Fungsi-fungsi yang pertama didominasi oleh idiologi; yang berikutnya, oleh kekerasan.
Dalam sebuah masyarakat kapitalis yang telah matang, kaum borjuis penguasa telah menempatkan aparat pendidikan idiologi dalam posisi dominan. Apa yang mengendap-endap di belakang samaran demokrasi ini adalah aparat pendidikan yang kuat dan merasuk. 
Penekanan setruktur Athusser telah memancing tuduhan diantara para pengkritik bahwa ia adalah seorang posotivis.
Giardin menilai teori marx tentang negara dan peran kelas-kelas dominan. Secara khusus ia berselisih dengan althusser menyangkut sejumlah pijakan. Pertama, Althusser membedakan konsepsi negara dengan perjuangan kelas . metodologinya tidak dapat menemukan ulag dunia nyata perjuangan kelas ... dalam dunia beku suprastruktur-suprastruktur yang disistematisasi Althusser, kontradiksi tidak dapat muncul karena ketidak tentuan yang timbul selalu merupakan kejadian terakhir yang dikontrol dari kejauhan oleh setruktur ekonomi dominan 1974: 197). Kedua, konsepsi birokrasi hubungan-hubungan sosial Althusser ... lebih dekat dengan weberian dari pada marxis. Kekerasan dikaburkan oleh aparat naegara, yang mengatur hubungan-hubungan sosial. Negara harus diambil alih kelas pekerja melalui cara-cara pemilihan umum yang legal, sebuah posisi yang disebut girardin reformasi dan sebuah pandangan borjuis terhadap politik kelas pekerja (196-197) 
Dalam political power and sicial classes, poulantazs memberikan sebuah teori yang berhubungan dengan funsi-fungsi negara kapitalis dan dampak negara terhadap kelas-kelas kapitalis dan pekerja. Fungsi-fungsi negara dalam cara tertentu adalah memproduksi masyarakat kapitalis secara utuh. Negara memelihara kohesi dan kesetimbangan atas nama kepentingan-kepentingan politik kelas dominan. Negara mencirikan seluruh hubungan-hubungan sosial sebagai penuh persaingan sehingga para pekerja dan para pemilik kapitalis tampak bebas dan setara, yang mengisolasiakan mereka sebagai individu-individu dan mengaburkan pembagian mereka kedalam kelas-kelas. Kedua negara berupaya menampilkan dirinya atas nama kesatuan massa individu terisolasi, seolah-olah perjuangan kelas-kelas tidak pernah ada. Ketiga fungsi-fungsi negara memperbolehkan kelas-kelas mengorganisasikan partai-partai mereka sendiri, memungkinkan mereka mendorong kontradisi internal dan fraksionalisasi, menghasilkan perjuangan dalam kelas pekerja dan perpecahan dalam kaum borjuis sehingga tidak dapat memunculkan dominasi hegemoni sebagai kelas yang bersatu. Ini menunjukan bahwa negara bukanlah sekedar instrumen kelas-kelas yang mendominasi. Sebaliknya negara lewat otonomi relatifnya dapat memastikan stabilitas kepentingan-kepentingan kelas-kelas kapitalis yang mendominasi. Setruktur negara berdiri diatas kepentingan-kepentingan khusus kapitalis-kapitalis individual dan fraksi-fraksi kelas kapaitalis.
Pertama, kelas-kelas didifinisikan dalam pengertian praktek-praktek kelas, sebagaimana tercermin dalam hubungan-hubungan sosial yang antagonistik pembagian tenaga kerja, dan perjuangan kelas. 
Amy bridges (1974) berpendapat bahwa poulantazs bersikap antimaterialis, antihumanis, ahistoris, dan deskriptif dalam pandangan tentang negara berstruktur ganda, yaitu bersifat kohesif dan bertransformasi (178: 181). 

STRUKTURALISME EKONOMI: SWEEZY DAN BARAN SERTA O’CONNOR
Dalam the theory if capitalist development (1972) Paul sweezy membedakan antara teori mediasi kelas dan teori dominasi kelas. Para teoritis Marxis menggunakan konsepsi dominasi-kelas dalam negara. Dalam pandangan ini, negara adalah instrumen ekonomi dalam kapitalisme. 
Presepsi negara yang merespon kontradiksi-kontradisi ekonomi ini juga mencerminkan suatu pandangan strukturalisme ekonomi. Dalam monopoli capital (1966), sweezy dan baran memadukan analisis instrumentalis dan strukturalis. 
Baran dan Sweezy berfokus pada bagaimana negara memfasilitasi proses penyerapan surplus. Negara bertindak untuk mencegah krisis-krisis kapitalisme monopoli, lewat penjaminan penyerapan surplus. O’Connor tidak melihat negara semata-mata instrumen kelas penguasa atau bahkan segmen-segmen tertentu kelas tersebut.  Negara membentuk kondisi-kondisi kapitalisme monopoli dan kompetitif.

ANALISIS KELAS SISTEM DUNIA MODERN: WALLERSTEIN
Yang dalam cara-cara tertentu berhubungan dengan strukturalisme adalah karya immanuel Wallersttein (1975) tentang kelas dalam ekonomi dunia kapitalis. Argumenya mengalir sebagai berikut. Kelas adalah konsep yang secara historis berkaitan dengan ekonomi dunia kapitalis atau sistem dunia modern. Sistem dunia ini terdiri dari tiga elemen dasar: satu pasar tunggal, serangkaian setruktur negara atau bangsa-bangsa yang mempengaruhi bekerjanya pasar, dan tiga tingkat proses eksploitasi (pusat, semi batas luar) yang terlibat dalam perampasan surplus pekerja. Mereka yang ada diatas mencoba memastikan keberadaan tiga tingkat agar dapat menjaga keistimewaan mereka secara lebih baik, sementara mereka yang di bawah sebalikanya mencoba menguranginya dari tiga menjadi dua lebih baik lagi jika bisa menghancurkan keistimewaan tadi.
Wallerstein juga mencoba bergerak melebihi konsepsi kelas dalam negara-negara, sehingga terlepas dari beberapa masalah dalam analisis kelas kapitalisme internal, seperti yang didesakkan sosiolog politik Meksiko Pablo Gonzales Cassanova, atau perhatian kepada kaum borjuis nasional yang diketemukan dalam tulisan-tulisan pengikut marxis maupun non-marxis.

Poulantzas berpendapat bahwa kaum borjuis kecil yang terdiri dari para karyawan kerah-putih, teknisi, dan pegawai negri telah muncul ketika kaum borjuis kecil tradisional yang terdiri dari para pedagang dan pemilik toko kecil mulai menurun.
Wright menyerang pembedaan antara tenaga kerja produktif dan tidak produktif ini dan lebih jauh berpendapat bahwa penggunaan kriteria politik dan idiologi poulantzas menggerogoti keutamaan hubungan-hubungan ekonomi dalam menentukan posisi kelas.
Dale johnson (1978) berkesimpulan bahwa setrukturalisme sangat memiliki kekurangan dalam pengartian pijakan sejarah dan konsepsi dialektika (41). Akhirnya, ia menuduh setrukturalisme atas formalisme atau fungsionalisme statisnya dimana konsep reproduksi marxis ditransformasikan kedalam suatu yang mirip dengan gagasan pemeliharaan sistem parsonian (43).
Hopkins percaya bahwa dengan evolusi sistem dunia ini telah terbentuk suatu kelas kapitalis dunia terorganisasi yang berbeda dengan persekutuan di antara kaum borjuis nasional.
Teori Wallerstein yang imajenatif namun pilih-pilih ini dikritik secara luas karena perhatianya kepada pasar ketimbang pada produksi sebagai basis analisis hubungan-hubungan kelas didunia kapitalis kontenporer. Perhatianya terhadap struktur melampaui batas-batas nasional negara dan mencoba mengeksplorasi akar-akar ekonomi kapitalis dunia.
Pembaca bagaimanapun juga, akan menemukan perbedaan-perbedaan signifikan, secara teoritis maupun metodologis, di antara Wallerstein dan para strukturalis lainya seperti Althusser dan Poulantazs. 

PANDANGAN – PANDANGAN KRITIS TERHADAP TEORI STRUKTURALIS
Esping-Andersen Friedland, dan Wright (1976) menyesalkan kurangnya teori ini untuk mengikatkan input-input dan hambatan-hambatan politik dengan output-output yang berupa kegiatan negara; teori strukturalis maupun instrumentalis tidak memecahkan masalah ini (1976: 189). John Mollenkopf percaya bahwa kaum strukturalis telah memberikan politik berguna terhadap instrumentalisme, yang dicontohkan lewat studi-studi struktur kekuasan. Ia menganggap motif-motif negara seutuhya hanya bersifat ekonomi, bukanya politik, dalam menghadapi pristiwa susbstansial yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. Ia juga memproyeksikan ketakterhindaran (inevitability) ekonomistik krisis-krisis yang diperkirakan tidak dapat diredakan oleh politik, namun entah bagaimana bisa.
Penekeanan pada aspek-aspek plitik strukturalisme ini membawa pada apa yang disebut milibad abstraksi onisme dan superdeterminasi strukturalis. Negara menjadi sebuah wahana politik/ideologi tersebar luas yang dilucuti lokasi institusionalnya, batas-batas kasat matanya, atau bahkan perjuangan politiknya (Mollenkopf 1975: 256). Ia juga memperbolehkan pembedaan-pembedaan kelas dengan kelompok-kelompok kepentingan, meskipun Mollenkopf mendukung suatu teori aksi politik kelas yang akan menjelaskan tujuan-tujuan dan aksi-aksi kapitalisme tahap lanjut. Akhirnya, amy beth bridges (1974) menggabungkan pertimbangan-pertimbangan dari banyak pengeritik Amerika Serikat.

KRITIKALISME : IDEOLOGI DAN KESADARAN
Aliran kritis ditarik dari awal Karl Marx yang menyerang Hegel. Kritik Marx terhadap gagasa-gagasan Hegel memberikan orientasi “kritis” aliran ini. Hegel membedakan institusi-institusi negara dengan institusi-institusi masyarakat sipil atau pribadi (keluarga, misalnya) namun menunjukkan bahwa pemisahan antara keduanya dapat diatasi, satu pernyataan keliru menurut Marx. Marx percaya bahwa negara terpisah dari masyarakat sipil dan organisasi borjuis mengadopsinya demi perlindungan properti dan kepentingan-kepentingannya, ia merasa berhutang budi kepada Hegel atas perhatian terhadap teori politik negara, atas perluasan metode dialektika, dan terakir, atas pencarian makna dalam konsep kebebasan dan pengungkapan kesadaran manusia. Dengan alasan inilah pemikiran kritis seringkali dirujuk sebagai berasal dari tradisi Hegelian-Marxis. 
Selanjutnya apakah jalur-jalur pemikiran utama dalam tradisi Hegelian-Marxis ini? Marx menyingkap makna kesadaran dalam Economic and Philosophical Manuscripts of 1844 lewat analisisnya tentang pengucilan pekerja. Bagi pekerja, pekerjaan bersifat eksternal, yang dengan demikian tidak mampu memuaskan dirinya sendiri dan merasa menderita, lelah secara fisik dan terdepresi secara mental. Sifat asing pekerjaan ditunjukkan oleh fakta bahwa pekerja berproduksi bagi orang lain, bukan bagi dirinya sendiri. Georg Lucacs dalam Hisitory and Class Consciousness, yang pertama kalinya diterbitkan tahun 1923, memberikan karya tentang kesadaran kelas yang memancing pengembangan lanjutannya.
Dala kata pengantar studinya edisi tahun 1967, Lucacs memberikan suatu penilaian diri. Pengaruh Hegel, bersama-sama dengan idealisme dan utopianisme, mencirikan pemikiran awalnya, dan meskipun ia tabah dalam melawan arus-arus demokrasi sosial dan oportunistik di awal tahun 1920-an, Lucacs mengakui bahwa karyanya cencerung memandang Marx secara eksklusif sebagai teori tentang masyarakat dan bukannya teori tentang alam. Lucacs sangat menyesalkan bahwa karyanya menempatkan konsep totalitas berada di pusat, dengan demikian mengesampingkan arti penting ekonomi. Inilah “distorsi” Hegelian yang bagaimanapun juga membantunya melawan upaya-upaya revisionis untuk membentuk Marsisme menjadi ilmu. Penyegaran kembali tradisi Hegelian juga memancing minat filosofi borjuis. Lucien Goldmann (1977) dalam membandingkan pemikiran Lucacs dengan Martin Heidegger meneguhkan Lucacs sebagai tokoh yang mewakili pemutusan hubungan dengan positivisme dan pengaruh Kantian yang menonjol selama paruh kedua abad kesembilanbelas hingga tahun 1920. 
Pemikiran Lucacs mempengaruhi para filsuf aliran Frankfrut (Slater 1977), yang pada gilirannya membangkitkan dampak terhadap beberapa pemimpin awal Austro-Marxisme (Bottommore 1978). Dari Lucacs timbul banyak jalur pemikiran. Aliran Frankfrut meneruskan perjuangan melawan positivisme. Michael Harrington dalam The Twilight of Capitalism (1976) mengidentifikasi dua kecenderungan selama Perang Dunia Kedua yang menentang cita-cita “ilmiah” nazisme Hitler. Keprihatinan para teorisi kritis atas positivisme menggerakkan sebuah perdebatan sejak tahun 1961 dengan lingkaran-lingkaran ilmiah dan filosofis jerman. Salah satu partisipan pertikaian berkelanjutan ini adalah Jurgen Hebermas, yang merupakan salah satu teoritisi politik terkemuka Jerman (McCarthy 1978).
Hebermas mewakili generasi filsuf Frankfrut yang lebih muda. Menurut Anthony Giddens, Hebermas mengejar dua jalur pemikiran yang dikembangkan para ahli Frakfrut yang lebih tua: hubungan antara teori dan kritik serta perkembangan-perkembangan kapitalisme Barat. Perhatiannya kepada Marx menyertakan pengaruh-pengaruh Hegelian, mengkritik Marxisme ortodoks, dan memberikan perspektif-perspektif yang dapat dibedakan dari posisi-posisi Adorno, Horkeimer, dan Marcuse. Hebermas memberikan suatu penilaian ulang pemahaman Marx tentang perkembangan kapitalis, mendorong Gidden untuk berkomentar. Hebermas juga menyerukan adanya rekonstruksi perwujudan-perwujudan kesadaran kelas serta revisi teori sehingga dapat menghindarkan penanganan mekanistik atas hubungan basis dengan suprastruktur. 
Teori kritis telah mempengaruhi perspektif-perspektif negara dan kelas lainnya. Alan Wolfe (1974) mengikatkan tradisi Hegelian-Marxis dengan beberapa aspek dtrukturalisme dan berfokus pada politik pengucilan dalam upaya mengajukan sebuah teori baru. Clause Offe, seorang murid aliran kritis Hibermas, menolak instrumentalisme dan strukturalisme sebagai teori-teori yang gagal berurusan dengan mekanisme-mekanisme dalam negara yang membentuk karakter kelasnya. Offe berfokus pada mekanisme-mekanisme spesifik seperti ideologi dan penindasan. Julian Hochfeld (1967), seorang sosiolog Polandia, menguji kesabaran dalam hubungannya dengan kepentingan-kepentingan kelas. Konseptualisasinya paralel dengan tipe-tipe ideal Max Weber ketimbang gagasan kesadaran Lucacs, satu posisi yang digambarkan seorang pengeritik sebagai dogmatis (Rich 1976).
STATISME DAN PERJUANGAN KELAS
Esping - Andersen, Friedland, dan Wright (1976) memperluas saling keterkaitan antara perjuangan kelas, struktur-struktur negara, dan kebijakan-kebijakan negara. Mereka menguji cara-cara perjuangan kelas membentuk struktur negara dan cara-cara struktur negara membentuk perjuangan kelas. Mereka juga mengamati bagaimana kebijakan-kebijakan negara membentuk dan dibentuk oleh tuntutan-tuntutan yang muncul dalam perjuangan kelas. Secara spesifi, mereka menarik teori implisit dalam karya Claus Offe dan Jame O’ Connor. Offe menguji struktur kewenangan dalam masyarakat-masyarakat kapitalis liberal dan berpendapat bahwa institusi-institusi politik hendaknya dianalisis dalam pengertian kelas. Pertama, kaum borjuis menggunakan ideologinya untuk menyejajarkan kebijakan negara dengan kepentingan-kepentingannya sendiri dalam hal hubungan luar negeri, keuangan, dan bidang-bidang sosial. Kedua, tindakan negara dibatasi untuk memelihara tatanan publik melalui militer, pengadilan, dan polisi, sehingga menciptakan kondisi-kondisi bagi tercapainya akumulasi modal pribadi. Offe menuduh bahwa pembentukan negara “sejahtera” menyiratkan dukungan kelas-kelas yang lebih rendah, namun pada kenyataannya itu memungkinkan bisnis korporasi mendapatkan keuntungan-keuntungan yang jauh lebih besar. Esping-Andersen et. al. percaya bahwa konsepsi Offe tentang otonomi dan intervensi negara ke dalam situasi-situasi krisis “membuatnya mengabaikan sejauh mana kelas-kelas secara beragam mampu membangun permesinan negara dan menyuarakan tuntutan-tuntutan bagi adanya tindakan negara”. Karya James O’Connor The Fiscal Crisis of the State (1973) mengurusi hubungan struktural internal negara dengan kontradiksi-kontradiksi proses akumulasi. Secara khusus ia mengamati bagaimana perjuangan kelas membatasi kemampuan negara untuk merasionalisasi kapitalisme dan bagaimana struktur-struktur negara berlaku sebagai penghalang tantangan kelas pekerja. Teori implisit yang ada dalam Offe dan O’ Connor membawa Esping-Andersen et. al. pada empat pernyataan menyangkut bagaimana struktur-struktur negara terbentuk oleh perjuangan kelas. Pertama, mereka memandang struktur-struktur negara sebagai hasil perjuangan kelas. Kedua, struktur-struktur ini menengahi. Ketiga , kelas kapitalis membentuk struktur-struktur ini dengan tujuan membatasi negara. Keempat, struktur-struktur ini tak terhindarkan akan bersifat kontradiktif dan tidak pernah secara total menetralkan perjuangan kelas. Esping-Andersen et. al. juga menguji bagaimana bentuk dan arahan perjuangan kelas diasah negara. Dalam sebuah tanggapan kritis terhadap Esping-Andersen et. al. , Capitol Kapitalisme Group (1977) membenarkan kembali arti penting persetujuan bahwa perjuangan kelas memiliki posisi pusat dalam proses sejarah yang membentuk negara.
ISU-ISU ANALISIS KELAS
  Pluralisme tetap mempengaruhi studi perbandingan. Para spesialis Politik Barat mengabaikan pendekatan-pendekatan yang di bentuk oleh teori dan metedologi Marxis bidang ini mengalami kebuntuan saat menghadapi kontribusi-kontribusi menarik dan inovatif yang menjadi rivalnya. Sebagai satu cara  untuk merangkum beberapa trend divergen yang mengalir dalam bab ini, isi-isu analisis kelas yang diidentifikasikan dan dibahas: (1) Peran Negara dan kelas penguasa, (2) kategori-kategori analisis kelas, (3) tingkat-tingkat konseptualisasi kelas, (4) hubungan basis dengan sprastruktur, (5) implikasi-implikasi formasi-formasi social prakapitalis dan kapitalis.
PERAN NEGARA DAN KELAS PENGUASA
  Bentuk-bentuk primitif Negara diorganisasikan menrut jalur-jalur hubungan kekeluargaan ketimbang hubungan kelas. Bentuk-bentuk Negara berkembang sebagai tanggapan atas pembagian sosial pekerja ke dalam kelas-kelas. Bentuk-bentuk kontemporer negara ditemui dari periode akumulasi rented an primitif modal persaudagaran hingga era berkembangnya modal uang di mana negara semakin melayani akumulasi modal progresi dan mode produksi kapitalis. Negara absolut  menggantikan negara feodal ketika monarki-monarki eropa mengkonsilidasikan kekuasaan mereka atas kaum bangsawan. Negara borjuis berkembang dari negara absolut ketika kelas borjuis yang bangkit mengambil alih kekuasaan dan institusi-institusi negara. Negara borjuis pusat teoritasnya berputar di sekitar hubungan negara dengan kelas penguasa.  Dalam Communist Manifesto, Marx dan Engels merujuk pada “eksekutif” negara sebagai komite yang mengelola urusan-urusan kaum borjuis.
KATEGORI-KATEGORI KELAS DALAM ANALISIS
  Kondisi-kondisi masyarakat umumnya menetukan kelas-kelas mana saja yang dapat dianalisis. Ilmuwan sosial menerapkan stratifikasi kelas-kelas atas, menengah, dan bawah. Kelas-kelas semacam ini berhubungan dengan pendapatan, status, serta pendidikan. Analisis elit-elit penguasa mengamati elit yang kecil, khosif, dan relaif  tertutup, mengontrol keptusan hal-hal penting  demi menjaga status quo. Marx menganalisis masyarakat dalam pengertian kelas penguasa, para bangsawan feodal dan penggarap ladang adalah dua kelas utama dalam Eropa zaman feodal; para pemilik budak dan budak, di Amerika Serikat sebelum perang sipil; dan para kapitalis dan pekerja, di masyarakat kapitalis kontemporer. Isunya disini adalah pengenalan metodelogo Marx sebagai basis analisis kelas, kita sekarang beralih upaya mengidentifikasi metodologi Marxis. Dalam Communist Manifesto, Marx dan Engels menekankan dua kelas utama di bawah kapitalisme- yang satu hidup lewat kepemilikan, yang lain dengan bekerja, Dalam Capital Volume ketiga, menyinggung tiga kelas pemilik tanah, para kapitalis dan para pekerja upahan, namun dalam Eightteenth Brumaire, ia menganalisis politik Prancis di pertengahan abad kesembilanbelas, dalam pergeseran penyajajaran kelas,monarki dibagi-bagi oleh kaum legitimasi, disokong oleh pemilik tanah luas. Pada akhirnya sebuah republic borjuis mengambil alih kekuasaan, didukung oleh aristokrasi keuangan, kaum borjuis industry, kelas menengah, kaum borjuis kecil, tentara dan kaum proteltas bebal. Yang tertindas disini adalah kaum proletar beserta kepentingan-kepentingan mereka yang bertentangan. 
TINGKAT-TINGKAT KONSEPTUALISAI KELAS
  Dos Santos (1970) berpendapat bahwa Marx berniat menganalisis konsep kelas dan pendekatan ini konsisten dengan metode dialektika. Tingkat analisis ini cenderung abstrak atas penekanannya pada kategori-kategori teoritis, Dos Santos percaya bahwa ia muncul dari “Praktek” dan “hubungan-hubungan konkret dimana manusia hidup dalam kenyataan sejarah” (1970: 179). Dos Santos mengamati bahwa perkembangan kapitalis berkelanjutan membawa untuk mengingkari adanya krisis-krisis kapitalis. Marx, menurut Dos Santos menyusun “ sebuah sistem terstruktur tingkat-tingkat abstraksi yang terkonkret hingga terabstrak dan dari yag trabstrak hingga terkonkret”. Marxisme mendefinisikan hokum dalam pengertian yang kompleks; Harus berhubungan dengan kenyataan sosial namun sebagai teori formal, menekankan observasi empiris dan memperbolehkan hal-hal absolut, kodifikasi, dan tipe-tipe ideal.
HUBUNGAN BASIS DAN SUPRASTRUKTUR
  Marxis memberikan penekanan ekonomi dalam analisis terhadap Idiologi kelas dihubungkan dengan suprastruktur. Konsepsi-konsepsi borjuis tentang negara, birokrasi, dan partai misalnya, dapat menghasilkan beberapa kesalahan peletakan penekanan posisi elit yang mengalir dalam aliran Instrumentalis, atau mereka dapat menghailkan kategori-kategoru struktur dan institusi kaku yang mengungkapkan kekurangan-kekurangan aliran strukturalis. Menurut Marx, adalah pemaparan kenyataan semu. Pengapenalan dan pemahaman adanya penyestan atau kesadaran semu oleh suatu kelas tereksploitasi, misalnya, membawa pada perjuangan revulusioner demi pembebasan kelas terekspoitasi.
IMPLIKASI-IMPLIKASI FORMASI-FORMASI PRAKAPITALIS DAN KAPITALIS
  Dalam bab sebelumnya, saya menyinggung perdebatan mengenai beragam intrepretasi masyarakat ganda di Amerika Latin. Pandangan ini berasumsi bahwa wilayah ini Feodal. Perkembangan kapitalisme di daerah pedesaan mengalami hambatan, namun kontak komersial di wilayah-wilayah perkotaan memungkinkannya terjadi di kota-kota. Sebagai konsekuensinya muncul dua masyarakat, yang satu bersifat pedesaan, feodal, dan terbelakang,dan yang lain bersifat perkotaan, kapitalis, dan maju. Pandangan ini di bela oleh golongan kiri lewat para pengkritik yang menuduh bahwa masyarakat-masyarakat Amerika Latin slalu memiliki cirri feodal dan berlanjut hingga hari ini sebagai masrakat tertutup, tradisional, penentang perubahan, dan tak terintegrasi ke dalam ekonomi pasar. Pembahasan ini lebih memperhatikan ekonomi-ekonomi ketimbang negara-negara kapitalis industry, namun perdebatan mengenai transisi dari feodalisme ke kapitalisme berasal dari beragamnya pemahaman pengalaman eropa. Marx memperluas formasi-formasi ekonomi prakapitalis, dan Eric Hobsbawn (1965), seorang sejarawan Inggris, membawa materi ini bersama-sama dengan pengenalannya sendiri. Sejarawan ekonomi Inggris Maurice Dobb menyajikan sebuah tujuan dalam Studies in the Development of Capitalism (1946), dan Paul Sweezy, Dobb, dan lain-lain memperdebatkan pertanyaan-pertanyaan tentang trnsisi dalam dekade mendatang (disunting oleh Rodney Hilton, 1976). Karya Perry Anderson Passages from antiquaty to Feodalism (1974) mencoba bergerak dari satu posisi teoritis ke interpretasi sejarah dari beragam formasi sosial yang mencirikan mode produksi feodal di Eropa Barat abad pertengahan. Karya Immanuel Wallerstein the modern-word-system (1974) juga memberikan cahaya pada topik kontroversial ini, sebagai mana karya Barry Hindess dan Paul Q. Hirst pra-capitalism modes of production (1975). Menurut Edel, stidaknya ada tiga perdebatan yang berasal dari literatu ini. Yang pertama berkaitan dengan asal-usul kapitalisme, “Bagi Marx, Marxis asal-usul kapitalisme sebuah sistem diletakkan ketika modal persaudagaran terbentuk, untuk pertama kalinya, lewat ketersedian pekerja bebas tanpa properti untuk melakukan kerja upahan, ini memungkinkan perkembangan satu bentuk produksi baru dan sifat-sifat kapitalisme”. Perdebatan kedua berpusat pada Eropa Kontemporer berbagai perspektif sosialisme dan kmunisme pertanyaan-pertanyaan transisi ke sosialisme. Perdebatan ketiga melibatkan apakah negara-negara yang sekarang terbelakang adalah kapitalis sekalipun mereka ddominasi oleh imperialism dan kekuatan-kekuatan kapitalis asing.

0 komentar:

Post a Comment