.

.
Home » » Resume Buku Teori Perbandingan Politik oleh Ronald H. Chilcotte (BAB III)

Resume Buku Teori Perbandingan Politik oleh Ronald H. Chilcotte (BAB III)


TEORI PERBANDINGAN POLITIK

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 3 :
1.      Clara Stephanie M.    ( 1302045235 )
2.      Dini Ariwindani         ( 1302045212 )
3.      Asmawati                    ( 1302045205 )
4.      Putri Michnalita         ( 1302045135 )
5.      Pebri Christian           ( 1302045185 )
6.      Suharno                      ( 1302045189 )

  

BAB 3 : Politik Dan Ilmu Politik Dalam Penelaahan Komparatif
*      Ada 3 Pendekatan Dalam Ilmu Perbandingan Politik, Yaitu :

1.      Pendekatan Tradisional

Pendekatan Tradisional adalah Pendekatan yang saling menghubungkan fakta dan nilai dalam studi politik/ilmu perbandingan politik. Pendekatan tradisional memfokuskan analisis pada struktur negara, pemilihan umum dan partai politik.  Pendekatan ini cenderung menggambarkan institusi – institusi politik tanpa mencoba membandingkannya atau mengidentifiasi tipe- tipenya. Contohnya seperti ”institusi parlemen terhadap institusi presidensial”. Pendekatan tradisional juga seringkali berpusat pada evolusi institusi-institusi formal tertentu. Contohnya seperti “ asal asul sistem parlemen Inggris hingga ke magna carta “. Selain itu , Pendekatan ini juga membatasi dalam pengujian atau penelitianya hanya pada institusi-institusi Eropa Barat seperti Inggris, Perancis, Jerman dan Swiss. Karena karakter-karakter tersebut pendekatan Tradisional sering dianggap kurang memenuhi syarat dalam Ilmu Perbandingan Politik.

2.      Pendekatan Perilaku ( Behavioral Approach )

Pendekatan Prilaku ( Behavioral Approach ) adalah Suatu reaksi terhadap spekulasi teori-teori yang memberikan uraian penjelasan, kesimpulan dan penilaian berdasarkan norma-norma / aturan-aturan dan standar kekuasaan maupun Etnosentrisme, Formalisme dan Deskripsi Barat yang menjadi karakteristik pendekatan tradisioal kontemporer. Pendekatan prilaku dianggap para ilmuan sebagai jalan alternatif dalam melengkapi Pendekatan tradisional karena pendekatan perilaku di anggap sistematis dalam hal melakukan suatu perluasan skema-skema yang bersifat klasifikasi, konseptualisasi pada beragam tingkat abstraksi, penyusunan, hipotesis dan lain-lain.

3.      Pendekatan Pascabehavioral

Pendekatan Pascabehavioral merupakan Revolusi dari pendekatan-pendekatan sebelumnya. Pendekatan ini ada karena akibat adanya pergeseran pendekatan lain seiring berjalannya waktu karena adanya pencairan paradigma dari ilmu politik. Pendekatan ini lebih berorientasi kemasa depan menuju relavansi dan tindakan.

Pendekatan ini terdiri dari beberapa konsep, yaitu yang Pertama adalah Subtansi mendahului teknik sehingga permasalahan sosial yang mendesak menjadi lebih penting dari pada peralatan investigasi. Kedua, Behavioralisme secara ideologi bersifat konservatif dan terbatas pada abstraksi, bukannya kenyataan saat kisis. Ketiga, ilmu tidak dapat bersifat netral ketika dilakukan evaluasi, fakta tidak dapat dipisahkan dari nilai dan alasan-alasan nilai harus dikaitkan dengan pengetahuan. Keempat, kaum intelektual harus bertanggung jawab atas masyarakatnya, mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan dalam peradaban dan tidak semata-semata menjadi sekelompok teknisi yang terisolasi dan terlindungi dari isu-isu dan permasalahan yang melengkapi pekerjaan mereka. Kelima, para intelektual harus berpartisipasi dalam politisasi institusi-institusi profesi dan akademik.

*      Beberapa Karakteristik Dari 3 Pendekatan Perbandingan Politik

NO
Pendekatan Tradisional
Pendekatan Perilaku
Pendekatan Pascabehavioralisme
1.
Saling mengaitkan fakta dan nilai
Memisahkan fakta dan nilai
Fakta dan nilai digabungkan pada tindakan dan relevansi
2.
Perspektif dan normatif
Nonperspektif, objektif dan empiris
Bersifat humanistik dan berorientasi masalah normatif
3.
Kualitatif
Kuantitatif
Kualitatif dan Kuantitatif
4.
Berkaitan dengan ketidakteraturan dan keteraturan
Berkaitan dengan keseragaman  dan keteraturan
Berkaitan dengan ketidakteraturan dan keteraturan
5.
Konfiguratif dan non komparatif  : berfokus pada negara-negara individual
Komparatif : berfokus pada bebeapa negara
Komparatif : berfokus pada beberapa negara
6.
Etnosentris, , secara khusus : berfokus pada demokrasi- demokrasi eropa barat
Etnosentris, secara khusus berkaitan dengan model Anglo-Amerika
Secara khusus berorientasi pada dunia ketiga
7.
Deskriptif, sempit dan statis
Abstrak,konservatif dan statis
Teoritis, radikall dan berorientasi- hasil
8.
Berfokus pada struktur-struktur formal (institusi, pemerintah dan lain-lain)
Berfokus pada struktur-struktur dan fungsi- fingsi formal dan informal
Berfokus pada hubungan dan konflik kelas/kelompok



*      Identifiksi Masalah

Dalam memandang bentuk alami dari suatu paradigma, tokoh Kuhn mengakui adanya kesuitan dalam menemukan aturan-aturan yang membimbbing tradisi-tradisi ilmiah. Berbagai kosep, hukum dan teori ilmu ditemukan dari dalampengalaman terdahulu bukan dari dalam abstraksi dan hal-hal tersebut menjadi basis pembelajaran ilmiah dan awalan profesi seseorang dengan demikian, hal-hal tersebut membentuk dan mengkondisikan orientasi seseorang. Paradigma yang diterima seseorang bagaimana pun juga membimbing riset melalui permodelan langsung dan aturan-aturan abstrak. Paradigma meneguhkan batas-batas yangmungkin dan batas-batas penelaahan yang dapat diterima. Sebuah paradigma yang berhasil selanjutnya memungkinkan masyarakat ilmiah memelihara kriteria pemilihan masalah yang akan digunakan untuk menemukan berbagai solusi. Meskipun demikian, paradigma harus dibarengi dan adanya wawasan yang luas.

Literatur tentang politik menjadu cukup membingungkan karena adanya beragam paradigma. Hal ini dijelaskan oleh tokoh Kuhn memiliki beberapa fase yaitu, Pertama adalah adanya fase praparadigmatik yaitu fase dimana tidak satupun pendekatan teoritis tunggal atau aliran yang mendominasi masyarakat ilmiahsejak awal, meskipun sejumlah pendekatan atu aliran semacam ini bersaing satu sama lain. Kedua, Fase paradigmatik yaitu fase dimana masyarakat ilmiah patuh terhadap satu paradigma yang dominan. Keiga, Fase krisis Yaitu paradigma dominan akan mengalami tantangan serta revisi, paradigma-paradigma baru akan bermunculan dan paradigma lama akan diubah kembali, dan membangkitkan perdebatan dan persaingan antara beragam perspektif. Keempat, Fase revolusi ilmiah yang teradi ketika masyarakat ilmiah bergeser kepada paradigma-paradigma yang signifikan berbeda.

*      Dua Gaya Pemikiran Yang Menjadi Landasan Analisis Perbandingan Politik

1.      Historisisme

Historisisme, tumbuh dari perdebatana akademik Jerman diakhir abad ke 19. Pemikiran ini dianut oleh tokoh politik seperti Hegel dan Marx. Historisisme berurusan dengan sejarah. Tokoh Karl Mannheim menmandang historisisme sebagai suatu kekuatan intelektual yang melambangkan wawasan-wawasan dunia dan merasuk kedalam pikiran sehari-hari. Selain itu, Tokoh Eugene Miler memandang historisisme sebagai wawasan bahwa tugas utama ilmuan sosial adalah menemukan hukum-hukum dimana keseluruhan masyaraat berkembang dengannya dan berdasarkan hukum-hukum perkembangan historis tersebut membuat prediksi masa depan.

2.      Positivisme

Positivisme, Bertindak sebagai reaksi terhadap Historisisme. David Hume merupakan pelopor terkemuka positivisme yang tumbuh dari empirisisme inggris klasik dan tampaknya menjadi basis positivisme didalam ilmu politik kontemporer. Sebagiannya lagi dipengaruhi oleh Henri Saint-Simon yang menekankan pengetahuan ilmiah dan teknologi. Serta Aguste Comte memperluas beberapa prinsip Positivisme , walaupun telah dipadukan dalam tradisi kelompok historisisme. Para pemikir-pemikir ini dan pemikir yang lain memberikan beberapa prinsip positivisme yang sekarang ini menekankan ilmu empiris dengan konse, ukum dan teori yang mencerminkan peristiwa-peristiwa dalam dunia nyata.

*      Perbandingan Paradigma-Paradigma Dominan Dalam Perbandingan Politik

No
Karakteristik
Paradigma Ortodoks
Paradigma Radikal
1.
Pendorong
Ahistoris Mikro atau Makro, Terkompeten dan Batas-batas Disipliner
Holistik, Makro, Terpersatukan dan Inter Disipliner
2.
Unit Analisis
Sistem, Dalam Keseimbangan dan Stabil
Negara dan Dalam Konflik
3.
Struktur
Kelmpok-kelompok, Interaksi dan Budaya Sipil
Kelas-kelas, Pergulatan antara kaum borjuis dan proletar
4.
Kewenangan
Desentralisasi orde dengan kewenangan yang secara sempit didasarkan dalam unit-unit khusus
Sentralisasi orde dengan  cakupan kewenangan luas dan umum
5.
Penguasa
Tersebar, Terbadi diantara banyak Pusat dan persaingan pluralis dalam pengambilan keputusan
Terkonsentralisasi dan disatukan posisi dominan kekuasaan dan pengambilan keputusan
6.
Perkembangan
Evolusioner, Unilinier, Materialistik dan Progresif
Revolusioner, Multilinier dan Humanistik dalam perhatiannya atas kebutuhan semua orang


0 komentar:

Post a Comment