Faktor regional terbentuknya ASEAN adalah untuk mengatasi masalah di Asia Tenggara yang baru merdeka untuk melindungi penjajahan (Revi).
Faktor bilateral terbentuknya adalah hubungan Indonesia dan Malaysia yang membaik.
Faktor internasionalnya adalah untuk melindungin diri disaat dunia berada dalam Perang Dingin atau Perang Ideologi (Ahmad Najih).
Propaganda yang dilakukan oleh Amerika salah satunya adalah penyebaran perangko gurita, sebagaimana yang telah dideskripsikan bahwa komunis ibarat gurita yang akan mencengkram dunia. Dimana beberapa contohnya adalah Uni Soviet yang telah komunis, dan China tetangganya juga telah komunis. Hal itu disebut bentuk jadinya Teori Domino. Oleh karena itu ASEAN berintegrasi untuk membentengi dirinya saat terjadi perang saudara di Vietnam dan Korea.
Pada Februari 1955, dibentuk SEATO yang gagal karena negara ASEAN belum dapat solid, dimana Indonesia dan Malaysia selalu berseteru. Padahal dua negara tersebut merupakan salah satu negara fondasi di Asia Tenggara.
Pada April 1955, Konferensi Asia-Afrika muncul dan menjadikan Indonesia bersemangat untuk memimpin dan menjadi negara Non-Blok dan anti-imperialisme. Negara-negara di Asia Tenggara diperebutkan untuk memilih salah satu Blok antara Blok Barat atau Timur. Hal ini dikarenakan sumber daya yang ada di Asia Tenggara cukup melimpah, sehingga timbul pikiran untuk siapa yang menguasai negara tersebut maka dapat memanfaatkannya. Selain itu mayoritas negara di Asia Tenggara merupakan negara yang baru merdeka sehingga belum ada ideologi kuat di negara-negara tersebut (Revi). Konferensi KAA menghasilkan bonus bagi Indonesia yang Afrika berikan ialah visa bebas masuk.
Pada May 1966, Indonesia dan Malaysia mengakhiri konflik bilateralnya dengan mengadakan konferensi di Bangkok.
Pada 11 Agustus 1966, Indonesia dan Malaysia menandatangani Bangkok Accord untuk mendorong kerjasama regional dengan tiga tujuan yaitu peace, progress, dan prosperity.
Bandung Principles yang juga muncul dari KAA di Bandung yang mencetuskan ASEAN Ways:
1. Pengambilan keputusan yang harus melalui kesepakatan bersama atau konsensus
2. Konsultasi secara informal, yaitu cara menyelesaikan masalah secara lobi informal
3. Saling menghormati kedaulatan negara
4. Tidk diperbolehkan mengintervensi kedaulatan negara
5. Tidak boleh menggunakan ancaman atau kekerasan untuk me-renunciation
ASEAN -> ARF Regional Forum (1994) -> ASEAN + 3 (1997) -> East Asian Summit (2005) -> APEC
ASEAN + 3 muncul untuk mengimbangi pengaruh Cina
Notulen : Rohmatun Sinta Rahayu
Persiapan diskusi kelas pada Rabu 4 November 2015 (Pertemuan 10)
Menyiapkan Notulen dan Moderator dengan topik diskusi:
1. Keuntungan ASEAN
2. Tantangan dan Hambatan ASEAN
3. Masa Depan ASEAN
4. Tentang ASEAN, ARF, ASC, APT, APEC
Sumber Gambar : http://globalriskinsights.com
Sumber Gambar : http://globalriskinsights.com